Malam ini, seperti biasa jika esok hari libur dan saya tidak kemana-mana, saya duduk di tempat favorit: di depan komputer, berselancar di dunia maya. Mencari informasi terkini yang kebetulan akhir-akhir ini sedang panas, membaca ulang tulisan saya di blog, kemudian saya berpikir untuk menulis ini.
Tidak terasa sudah 12 tahun blog ini ada. Dari awalnya pakai domain Blogger gratisan, sampai akhirnya saya beli domain sendiri enam tahun setelahnya. Blog ini tidak pernah benar-benar konsisten. Kadang bulan ini ada posting, bulan depan tidak ada sama sekali. Kadang setahun hanya ada dua tulisan, lalu menghilang lama.
Hingga kira-kira dua tahun lalu, saya mulai sedikit lebih rajin. Awalnya karena saya kembali naik gunung setelah sekian lama. Dari situ lahir cerita perjalanan naik gunung, lalu berkembang menjadi artikel reflektif. Menulis tentang hal-hal sederhana yang saya alami, bukan untuk siapa-siapa, tapi lebih untuk diri sendiri.
Lalu di awal tahun, saya memberanikan diri menulis buku. Bermula dari pengalaman pribadi. Sampai hari ini, sudah ada tiga buku yang saya tulis. Tanpa saya sadari, ketiganya ternyata membentuk sebuah benang merah. Seperti sebuah trilogi, walau tidak pernah saya rencanakan sejak awal.
Buku pertama bercerita tentang luka dan perjalanan panjang untuk akhirnya menemukan rumah. Bukan rumah sebagai tempat, melainkan rasa pulang yang menenangkan.
Buku kedua tentang belajar hadir di setiap hari. Menjalani hidup satu hari dalam satu waktu, menerima fase-fase sederhana yang sering kali kita abaikan.
Buku ketiga tentang mimpi. Tentang keberanian melangkah ke depan, walau mimpi itu berubah seiring waktu. Bahwa mimpi bukan tujuan final, melainkan arah yang terus bergerak.
Dan kini, saya sedang menyiapkan buku keempat. Sebuah penutup yang mungkin akan menjadi lingkaran terakhir dari perjalanan ini: refleksi tentang arti pulang. Pulang ke diri sendiri, ke orang-orang, dan ke makna hidup yang lebih besar.
Sering kali saya bertanya pada diri sendiri: kenapa tetap menulis kalau statistik blog ini tidak cemerlang? Angka pembaca tidak konsisten, kadang hanya segelintir yang membaca. Tapi saya sadar bahwa menulis di sini bukan soal angka. Blog ini seperti ruang sunyi tempat saya merapikan pikiran. Kalau ada yang membaca dan merasa ditemani, ya baguslah.
Kenapa tetap menulis buku walaupun tidak pernah saya kirim ke publisher ? Bahkan saya belum pernah kirim ke situs yang menampung cerita orang agar ditampilkan disitusnya, Karena bagi saya, buku bukan sekadar produk yang harus laku di pasar. Buku adalah bentuk perjalanan yang bisa ditinggalkan. Bahkan jika hanya dibaca oleh lingkaran kecil orang-orang yang menemukan jalan ke sana, tetap ada nilai yang bertahan.
Kenapa tetap merekam podcast meski tidak viral ? Karena percakapan yang jujur tidak butuh panggung besar. Ada orang yang mungkin mendengarkan dalam perjalanan pulang, ada yang mendengar sambil bekerja, ada yang mendengar lalu merasa, “oh, ternyata bukan saya sendiri yang merasakan ini.”
Semua ini saya lakukan untuk merawat ingatan, perjalanan, dan pikiran-pikiran. Mungkin ada orang yang menemukan dirinya di antara kata-kata ini, merasa ditemani, atau sekadar merasa tidak sendirian. Jika tidak pun, tidak apa-apa. Karena bagi saya, menulis, mencatat, dan berbagi hanyalah cara sederhana untuk menjaga apa yang pernah ada, agar tidak hilang begitu saja ditelan waktu.
Dan saya merasa sangat bahagia di hampir satu tahun terakhir ini. Saya sudah menulis tujuh belas artikel: tentang perjalanan saya yang kembali naik gunung, tentang pikiran-pikiran yang tidak pernah saya ceritakan kepada orang terdekat, karena saya memilih menuliskannya di sini, juga tentang refleksi masa lalu yang tetap relevan dengan hari ini, bahkan opini saya tentang lagu yang saya pernah dengarkan.
Pada akhirnya, blog, buku, dan podcast itu bukan tentang angka, bukan tentang panggung. Semuanya hanyalah jalan kecil yang saya tempuh untuk merawat ingatan, menjaga pemikiran, dan merekam perjalanan. Jika ada orang lain yang merasa ditemani di jalan ini, maka itu adalah hadiah tambahan yang berharga.
Jakarta, Hampir Pagi 5 September 2025
Aspi Yuwanda
0 Comments