Podcast ini berisi Saya, Beni dan Kevin. Kami bertiga sudah kenal cukup lama. Sama-sama dari Sumatera, sekarang tinggal di Jakarta. Nongkrong bareng, ngobrol soal banyak hal, kadang tidak penting, kadang terlalu dalam untuk disebut bercanda.
Obrolan kami itu sebenarnya biasa saja. Tapi di tengah kota yang makin cepat, dan hidup yang makin terasa kayak shift panjang tanpa jeda, pembicaraan-pembicaraan kecil itu jadi sesuatu yang kami jaga. Mungkin karena makin ke sini, makin susah nemuin ruang yang benar-benar aman buat ngomong jujur. Bukan sekadar lucu-lucuan, bukan juga debat buat menang. Cuma ngobrol. Ngalir. Lalu tiba-tiba udah dua jam lewat.
Dari situ muncul ide: kenapa tidak direkam saja? Bukan karena ngerasa omongan kami penting, tapi justru karena tidak ada beban apa-apa. Tidak dirancang, tidak dimodali alat mahal, tidak ada strategi konten atau target engagement. Kami ketemu di Google Meet, sambungkan ke OBS, rekam seadanya, edit sebisanya. Opening dan closing dibuat sesederhana mungkin. Beberapa bagian kami potong; bukan karena takut, tapi karena tahu batas. Siapa tahu nanti kami terkenal, dan kata-kata itu bisa jadi masalah hehe.
Podcast ini kami beri nama 30 Menit Aja. Bukan janji, lebih ke niat. Biar tidak berlama-lama, tapi tetap terasa. Biar cukup untuk jeda di sela hari, tanpa harus jadi acara besar.
Episode pertama tayang malam ini. Judulnya: Ojol dan Kehidupan Sehari-hari. Bukan riset, bukan liputan. Hanya pengamatan dan pengalaman kami sebagai pengguna, sebagai orang kota, dan sebagai manusia yang kadang heran dengan dunia tapi tidak tahu harus mulai bertanya dari mana.
Kami tidak tahu ini akan sampai ke mana. Bisa jadi berhenti di episode ketiga. Bisa juga jalan terus, tanpa arah yang pasti. Tapi mungkin, suatu saat nanti, ada satu-dua orang yang nemu podcast ini, lalu merasa sedang duduk bareng. Tidak sendirian. Hanya itu dan buat kami, itu sudah sangat cukup.
Karena sejak awal, ini bukan tentang bikin karya. Ini cuma tentang menyimpan percakapan yang biasanya hilang begitu saja. Tentang memberi ruang bagi hal-hal kecil yang jarang sempat diberi tempat. Tentang menjaga obrolan, sebelum semuanya terlalu sunyi.
“Kami cuma ngobrol. Tapi mungkin, itu juga yang kadang kita semua butuhkan.”
Jakarta, 26 Juli 2025
Aspi Yuwanda
0 Comments