Tidak semua cerita harus megah. Yang sederhana pun bisa tinggal lebih lama di hati

– Aspi Yuwanda

Satu Hari Dalam Satu Waktu

Saya tidak menulis buku ini karena sudah tahu segalanya. Saya tidak menulis ini karena merasa sudah selesai dengan hidup. Saya menulis ini justru karena saya masih terus berjalan. Masih sering ragu. Masih bertanya. Masih belajar menerima hal-hal yang tidak bisa saya kendalikan.

Buku ini lahir dari hari-hari biasa. Dari kelelahan yang pelan. Dari percakapan diam dengan diri sendiri. Dari langkah-langkah kecil yang saya ambil, meski tidak tahu pasti ke mana arahnya.

Dan saya tahu, mungkin kamu juga sedang ada di tempat yang sama. Tempat di mana semuanya belum jelas. Tempat di mana kamu tidak sedang hancur, tapi juga belum utuh. Tempat di mana kamu tetap hadir, meski tidak tahu harus bicara apa.

Kalau iya, saya menulis ini untuk menemani. Bukan untuk memberi jawaban. Tapi untuk bilang, kamu tidak sendirian.

Saya tidak ingin menutup buku ini dengan kesimpulan. Karena hidup tidak bisa disimpulkan. Ia tidak bekerja dengan alur yang lurus. Tidak semua hal harus diberi makna besar. Kadang kita hanya perlu diam, dan membiarkan hidup mengalir.

Saya hanya ingin menyampaikan satu hal: apa pun yang sedang kamu jalani sekarang, itu tetap berarti. Meski pelan. Meski tidak terlihat. Meski belum selesai.

Yang penting, kamu masih ada. Masih mau mencoba. Masih memilih untuk berjalan, hari ini.

Buku ini selesai, tapi perjalanan kita belum. Dan mudah-mudahan, apa pun bentuknya, kita tetap bisa hidup dengan cara yang tenang dan jujur.

Bukan untuk jadi hebat. Bukan untuk membuktikan apa pun. Tapi cukup untuk tahu, bahwa kita sedang hidup dan kita sedang berjalan satu hari dalam satu waktu.

Setiap orang punya cara sendiri dalam menjalani hidup. Ada yang cepat, ada yang pelan. Ada yang penuh rencana, ada yang mencoba satu hari dulu, lalu lihat lagi besok.

Saya termasuk yang kedua. Bukan karena tidak punya arah, tapi karena hidup sering berjalan tidak seperti yang saya pikirkan. Dan dari semua fase yang saya lewati, saya belajar satu hal penting: bahwa hadir, dengan jujur dan tenang, jauh lebih bermakna daripada terlihat berhasil.

Buku ini lahir dari keinginan sederhana untuk mencatat proses. Proses menerima kenyataan bahwa hidup tidak harus selalu dipahami. Bahwa luka tidak selalu harus disembuhkan. Bahwa tujuan bukan satu-satunya alasan untuk terus jalan.

Saya tidak menulis buku ini untuk memberi nasihat. Saya juga tidak menulis sebagai orang yang sudah selesai menjalani semua hal. Saya menulis karena saya ingin menemani. Siapa pun yang sedang merasa lelah, bingung, atau diam-diam sedang bertahan.

Dan kalau ada satu dua bagian dalam buku ini yang bisa membuat kamu merasa sedikit lebih dilihat, atau sedikit lebih tenang, maka itu sudah cukup.

Terima kasih sudah membuka halaman ini. Selamat membaca pelan-pelan, seperti hidup yang tidak harus selalu tergesa.


Download Ceritanya 👉 Disini






0 Comments