Tidak semua cerita harus megah. Yang sederhana pun bisa tinggal lebih lama di hati

– Aspi Yuwanda

Mendengarnya Lagi

Saya menemukannya lagi secara tidak sengaja. Lagu “Hiding My Heart” muncul di playlist saya, Spotify Wrapped: Top Songs of 2016 daftar lagu yang katanya pernah paling sering saya dengarkan di tahun itu. Tapi ketika saya coba putar, lagu itu tak bisa diputar lagi. Ternyata sudah tidak tersedia di Spotify. Ada rasa janggal. Lagu yang dulu begitu akrab kini terasa jauh. Saya akhirnya mencarinya di YouTube. Ketika lagu itu mulai diputar, rasanya seperti membuka kotak yang sudah lama tertutup.

Saya tidak sedang galau saat ini. Apalagi sedang patah hati juga. Tapi lagu ini entah kenapa tetap terasa dekat. Mungkin karena saya pernah berada di titik yang sama seperti isi lagu ini. Adele menyanyikannya dengan tenang. Tidak banyak ledakan emosi, tidak banyak dramatisasi. Tapi justru karena itulah lagu ini terasa jujur. Ia seperti pengakuan yang ditulis larut malam, bukan untuk dibacakan, tapi untuk diam-diam diletakkan di laci.

Saya mungkin pernah berada di sana. Menyukai seseorang tanpa rencana, tanpa niat mengungkapkan. Bukan karena kurang keberanian, tapi karena saya tahu kemungkinan itu kecil. Kami sama-sama sibuk. Waktu pun tidak berpihak. Jadi saya simpan. Diam-diam. Baik-baik.

Dan saya belajar, tidak semua rasa perlu diubah jadi hubungan. Tidak semua orang yang kita suka harus tahu. Kadang, menjaga jarak adalah bentuk paling halus dari menghormati. Dan menahan diri adalah cara kita untuk tidak merusak apa pun yang sudah berjalan dengan baik.

Lagu ini bicara soal itu. Tentang mencintai tanpa memiliki. Tentang tahu batas. Tentang menerima kenyataan bahwa mungkin, rasa ini hanya untuk kita sendiri.

Saya paling suka bagian liriknya:
"I'm gonna keep on hiding my heart away."

Kalimat itu terdengar sederhana. Tapi berat. Seperti ucapan seseorang yang sudah terlalu sering berharap, dan kali ini memutuskan untuk tidak berharap lagi. Ada rasa lelah di situ. Tapi juga ada keteguhan.

Lagu ini tidak mengajak kita untuk menangisi yang tak bisa dimiliki. Ia justru memberi ruang untuk berdamai. Untuk tetap menyimpan rasa tanpa merasa gagal. Untuk mengakui bahwa diam juga bisa jadi bentuk cinta.

Dan sekarang, setiap kali saya mendengarkan lagu ini meski tidak lagi di Spotify saya tidak sedih. Saya hanya mengangguk kecil. Karena saya tahu, pernah ada rasa yang saya rawat sendiri. Dan saya tidak menyesal.

Bukan karena tidak penting, tapi karena saya memilih menjaganya tetap sederhana.

Dan mungkin, itu cukup.



Lirik

This is how the story went
I met someone by accident
It blew me away
Blew me away
It was in the darkest of my days
When you took my sorrow and you took my pain
And buried them away, you buried them away
I wish I could lay down beside you
When the day is done
And wake up to your face against the morning sun
But like everything I've ever known
You disappear one day
So I spend my whole life hiding my heart away
Dropped you off at the train station
Put a kiss on top of your head
Watch you wave
And watched you wave
Then I went on home to my skyscrapers
And neon lights and waiting papers
That I call home
I call that home
I wish I could lay down beside you
When the day is done
And wake up to your face against the morning sun
But like everything I've ever known
You disappear one day
So I spend my whole life hiding my heart away, away
Woke up feeling heavy-hearted
I'm going back to where I started
The morning rain, the morning rain
And though I wish that you were here
On that same old road that brought me here
It's calling me home, It's calling me home
I wish I could lay down beside you
When the day is done
And wake up to your face against the morning sun
But like everything I've ever known
You disappear one day
So I spend my whole life hiding my heart away
I can't spend my whole life hiding my heart away

Aspi Yuwanda
Jakarta, 4 Januari 2025

0 Comentarios

Follow Me On Instagram