Featured Posts

13 May 2025

Pendakian Gunung Slamet via Permadi Guci, 3.428 MDPL

Hampir 1,5 tahun sejak pendakian terakhir saya yaitu pendakian Gunung Sindoro via Kledung November 2023 lalu, pada 10-11 Mei lalu saya kembali melakukan pendakian. Kali ini saya mendaki Gunung Slamet dan melengkapi Triple S yang populer di kalangan pendaki di Indonesia. Gunung Triple S ini terdiri dari Gunung Slamet, Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Pendakian kali ini seperti pendakian reuni bersama Glen dan Izzat, yang pada 2015 lalu kami bersama-sama mencapai Puncak Gunung Kerinci. Gunung Api tertinggi dan puncak tertinggi ke 3 di Indonesia.

Sekilas tentang Gunung Slamet. Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan gunung tertinggi kedua di pulau Jawa, setelah Gunung Semeru. Gunung Slamet juga merupakan salah satu "gunung tunggal" terbesar atau terluas di Indonesia seperti halnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat, karena memiliki diameter tunggal gunung (tidak ada gunung lain dalam area tersebut) terluas di Indonesia dengan luas vegetasi sekitar 312 km² (31.200 ha) dan luas total area gunung mencapai 560 km² (56.000 ha), area nya tercakup dalam 5 (lima) Kabupaten. Gunung ini cukup populer sebagai tujuan pendakian meskipun medannya dikenal sulit dan dikenal memiliki suhu yang sangat dingin serta basah. Kawah IV merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai sekarang, dan terakhir aktif hingga pada level siaga medio-2009. Di kaki gunung ini terletak kawasan wisata Baturraden yang menjadi tujuan wisata di Kabupaten Banyumas, dengan jarak sekitar 15 km dari Kota Purwokerto. Selain itu terdapat wisata alam berupa pemandian air panas Guci yang berada di sisi utara Gunung Slamet, tepatnya di Kabupaten Tegal. (sumber disini)

Ada beberapa jalur pendakian menuju Puncak Sang Atap Jawa Tengah ini. Melalui Bambangan, jalur paling populer. Melalui Permadi Guci, yang ikonik dengan pemandian Air Panasnya. Melalui jalur Baturaden, yang terkenal dengan wisata alamnya. Serta jalur-jalur lainnya , seperti Jalur Kaliwadas, Jalur Dipajaya, Jalur Cemara Sakti dan jalur lainnya. Pada pendakian kali ini saya mendaki melalui Jalur Permadi Guci.

Baik, saya akan mulai menceritakan pengalaman saya menuju Puncak Gunung Tertinggi ke 7 di Indonesia ini.

Perjalanan dimulai pada Hari Jum'at 10 Mei 2025 dari Jakarta menggunakan transportasi Kereta Api. Tepat pada pukul 18.25 WIB kereta mulai melaju dari Stasiun Senen menuju Stasiun Tegal, yang merupakan Stasiun terdekat dari basecamp Permadi Guci. Kami sampai di Stasiun Tegal pada pukul 22.55 WIB, terlambat dari jadwal seharusnya, entah kenapa karena tidak ada informasi yang diberikan oleh pihak kereta Api mengenai keterlambatan ini, mungkin saja baru diberikan informasi ketika sampai di tujuan akhir yaitu Stasiun Semarang Tawang.

Sesampainya di Tegal, seorang Driver Grab yang menghampiri kami dan menanyakan tujuan kami selanjutnya. Harga yang ditawarkan oleh Pak Jamal sama saja dengan harga di Aplikasi, jadi yasudah. Kami menuju ke Basecamp menggunakan jasa Pak Jamal, dan nantinya Pak Jamal jugalah yang menjemput kami di Basecamp untuk diantarkan kembali ke Stasiun Tegal untuk perjalanan pulang.

Bersiap Menuju Basecamp

Pendakian melalui Basecamp Permadi Guci ini terdiri dari 5 Pos.

Basecamp - Pos 1

Seperti halnya Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, di Gunung Slamet ini juga menawarkan jasa Ojek Gunung dari Basecamp menuju titik paling akhir yang dapat diakses oleh kendaraan, Pos 1. Tarif yang dikenakan yaitu Rp 50.000. Durasi perjalanan sekitar 20 menitan saja dari basecamp. Jika tidak menggunakan jasa ojek, perjalanan dari Basecamp menuju ke Pos Ojek atau Pos 1 kira-kira dapat ditempuh kurang lebih 1,5 - 2 jam, dengan kontur perjalanan yang sedikit menanjak, diiringi dengan kebun warga setempat dan penginapan di kiri dan kananya. Saya tiba di Pos  1 pukul 9.40 WIB menunggu Glen dan Izzat  karena saya lebih duluan mendapatkan Ojek dibanding mereka.

Pos 1 - Pos 2 (Rimpakan)

Pukul 9.52 WIB , kami mulai perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2. Kontur perjalanan merupajkan hutan rapat, menanjak dan hanya cukup untuk 1 orang saja. Hampir tidak ada bonusnya. Hal ini mengingatkan saya dengan kontur perjalanan Shelter 2 ke Shelter 3 Gunung Kerinci, namun lebih sadis di Kerinci sih. Tapi ya mirip-mirip lah. Waktu yang kami tempuh untuk sampai di Pos 2 1 Jam 40 Menit. Lebih cepat 20 menit dari estimasi.

                                    
Cuplikan Perjalanan 

                                    
Suasana Pos 2

Sign Pos 2

Pos 2 - Pos 3 (Selo Petak)

Kami tiba pada pukul 11.32 WIB. Di Pos 2, kami istirahat cukup lama, karena betis dan lutut sempat kaget karena baru mulai saja sudah dikasih trek yang seperti itu. Pukul 12.05 WIB kami melanjutkan perjalan ke Pos 3. Trek dilalui masih menanjak dengan hutan rapat dengan tanah yang tidak terlalu keras, tapi banyak bonus. Diperjalanan saya sempat melihat salah satu hewan endemic hutan Gunugn Slamet, Lutung Jawa. Namun, tidak sempat mendokumentasikannya karena mereka begitu cepat loncat diantara pohon. Waktu yang kami tempuh untuk sampai di Pos 3 juga sama, sekitar 1 Jam 40 Menit. Namun, di perjalan kami sempat istirahat cukup lama untuk makan siang. 

                                


                               

Suasana Pos 3


Pos 3 - Pos 4 (Amreta)

Kami memulai perjalann dari pos 3 ke pos 4 pada pukul 14.30 WIB. Namun, Glen salah seorang teman saya jalan duluan karena info yang kami dapatkan bahwa campsite di Pos 4 sudah ramai. Jadinya saya dan Izzat belakangan. Perjalanan dari Pos 3 ke Pos 4 lebih banyak landainya dari pada menanjaknya dan masih disertai dengan hutan yang rapat. Waktu yang ditempuh juga lebih pendek, 1 Jamsaja. Tepat pada pukul 15.30 WIB kami sampai di Pos 4. Glen sudah menunggu untuk kami segera mendirikan tenda. Campsite di Pos 4 ini cukup luas, bisa sampai 100 tenda. Mungkin karena long weekend dan infonya ada open trip yang membawa 40an tamu. Bisa jadi salah satu faktor kenapa campsite di Pos 4 ini penuh. Kami mendirikan tenda dan memasak untuk makan malam, setelah makan dan lainnya, kami langsung tidur karena summit akan dimulai pukul 2.00 WIB, karena track yang jauh dan terjal jadi, serta juga Gunung Slamet memiliki kawah yang cukup aktif, jadi tidak baik untuk terlalu siang sampai di Puncaknya. Di Campsite ini sumber airnya sangat berlimpah dan terdapat mushalla juga. Namun, sayang sekali saya tidak mengambil dokumentasi. Hanya sign pos dibawah ini saja.

Sign Pos 4

Pos 4 - Pos 5 (Watu Ireng)

Pukul 1.30 WIB, kami sudah bangun. Makan dahulu sebelum melakuakn perjalan menuju puncak. Tepat pada pukul 1.59 WIB, kami memulai perjalan menuju puncak.


Kontur perjalanan dari menuju pos 5 lebih menanjak dari pada perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2. Selama perjlanan, Full Moon mengiringi perjalanan kami. Di lahan yang sedikit terbuka, kami bisa melihat begitu indahnya bulan saat itu.


Kami sampai di batas vegatasi 1 jam 30 menit berikutnya. Istirahat cukup lama, karena disini signal telephone sangat baik. Saya menelepon istri, menanyakan keadaan anak. Karena, beberapa hari sebelum saya pergi anak saya demam dan batuk-batuk. Tapi, syukurlah, keadaannya sudah sangat baik.


Sign Pos 5 (Diambil Ketika Turun)

Pos 5 - Puncak Gunung Slamet Via Permadi Guci

Di sini, mental dan fisik benar-benar diuji. Terutama mental. Karena selain cuaca yang tidak menentu, kontur perjalanan sangat curam. Saat itu, kabut tebal dan angin kencang mengiringi perjalana. Beberapa kali saya berhenti, menunggu kabut pergi karena sangat bahaya sekali jika memaksakan tetap jalan dengan kondisi kabut tebal. Bisa salah pijakan, yang dapat mengakibatkan hal fatal terjadi. Di pertengahan perjalanan, terdapat tali webbing yang akan membantu pendakian. Info yang saya dapatkan, total panjanganya adalah 300 meter. Mental benar-benar diuji. Saya sendiri merasakan saat itu, namun tidak patah arang. Pelan-pelan saja, tidak harus buru-buru. Karena ada istilah, puncak tidak akan kemana. Oh ya, teman saya sudah duluan jalan dan kami berpisah di Pos 5, jadi saya jalan sendiri di belakang. Tapi, diperjalanan saya banyak mengobrol dengan pendaki lain ketika menunggu kabut untuk perlahan menghilang.

Puncak Gunung Slamet via Permadi Guci - Puncak Surono

Setelah 4,5 Jam dari Pos 5, akhirnya saya tiba di Puncak. Tapi, tidak mendapatkan pemandangan apapun karena kabut yang sangat tebal. Tidak terdapat sign apa pun di puncak ini. Kemudian saya langsung berjalan menuju puncak Surono, untuk bertemu Glen dan Izzat. Perjalan melipir bibir puncak, membutuhkan waktu tidak kurang dari 30 menit. Harus hati-hati sekali, karena jalannya yang hanya setapak, di kiri kawah di kanannya punggungan gunung. Salah langkah, sangat fatal akibatnya. Dan pada pukul 7.30 , saya tiba di Puncak Surono yang merupakan salah satu peak nya Gunug Slamet, Atap Jawa Tengah. Kami berselebrasi, mengambil dokumentasi dan bersantai cukup lama. Menikmati pemandangan dari ketinggian. 

Puncak Surono


Kawah Gunung Slamet

Total Waktu yang saya butuhkan :
Basecamp - Pos 1                : 20 Menit
Pos 1 - Pos 2                        : 1 Jam 40 Menit
Pos 2 - Pos 3                        : 1 Jam 40 Menit
Pos 3 - Pos 4                        : 1 Jam
Pos 4 - Pos 5                        : 1 Jam 30 Menit
Pos - 5 Puncak Surono        :  4 Jam 30 Menit

Total : 10 Jam 40 Menit (Estimasi)

Bau belerang yang sudah menyengat, membuat kami untuk memutuskan segera turun dari puncak. Pukul 9.00 WIB kami mulai perjalanan turun kembali ke Pos 4, campsite. Apesnya, backpack saya bawa untuk summit resletingnya putus, dan Sunglasses saya tercecer. Mau balik lagi untuk mencarinya tapi tubuh sudah lelah, jadi yasudah. Semoga yang menemukan dapat menjaganya dengan baik karena saya sudah Ikhlas juga. hehe

Saya tiba Campsite pada pukul 12.30 WIB, perjalanan saya dari Puncak menuju Campsite juga diiringi Kabut Tebal namun tidak lebih buruk dari sebelumnya, jadi saya tidak berhenti lama. Namun, mesti hati-hati karena perjlanan menurun yang mana lebih sulit dari pada mendaki. 

Di Campsite, kami makan siang kemudian istirihat dan tidur sebentar. Pukul 15.00 WIB , kami bangun dan bersiap packing untuk kembali turun ke basecamp. Langit sudah gelap, dan sesekali terdengar suara petir. Tepat pada pukul 16.00 WIB, kami memulai perjalanan turun meunju basecamp.  Sepanjang perjalan hujan turun. Tidak lebat namun tidak bisa dikatakan gerimis juga, sepanjang perjalanan seperti itu dan sepanajng perjalanan juga saya menggunakan Jas Hujan, gerah. 45 menit kemudian, saya tiba di Pos 3, istirahat 5 menit, kemudian jalan lagi menuju Pos 2. Dan juga sekitar 45 menit. saya tiba di Pos 2. Istirahat cukup lama, karena ketika itu waktu Maghrib sudah masuk, dan tidak baik melakukan perjalana ketika Maghrib. 18.00 WIB , saya mulai jalan lagi menuju Pos 1, dan tiba di Pos 1 pada pkul 19.15 WIB, dan ternyata antrian untuk naik Ojeknya sangat panjang sekali dan Ojek yang pick up juga tidak banyak. 3 jam saya menunggu antrian untuk naik Ojek. Hampir sama lamanya dengan  waktu perjalanan turun dari Pos 4 ke Pos 1. Kalau berjalan kaki, mungkin saja membutukan waktu hanay 1 Jam saja, tapi apa daya, sudah sangat letih . Jadi menunggu saja. Ketika meunggu ojek , saya mendapatkan teman baru. 2 orang dari Tegal dan sebenarnya saya sudah bertemu  mereka di Pos 2, dan berbarengan menuju Pos 1. Kami bertukar cerita selama 3 jam tersebut, haha kalau tidak ya bosan juga menunggu, diiringi gerimis yang turun dan angin sesekali yang menghampiri. 

Pukul 22.20 WIB saya tiba di basecamp. Pak Jamal, sudah tiba untuk menjemput kami untuk mengantar kami kembali ke Stasiun Tegal. Pukul 23.00 WIB kami jalan ke Stasiun Tegal dan tiba pada pukul 23.30 WIB.

Galeri-galeri selama pendakian :
               

        

                    



 



Jadi, begitulah cerita pengalaman saya mendaki Gunung Slamet via Permadi Guci. Overall, kontur perjalanan dari Pos 1 ke 4 tidak terlalu sulit, namun perjalan dari Pos 5 ke Puncaknya extreme. Tidak disarankan untuk pemula, dan jika berniat untuk mencoba jalur ini, siapkan fisik dan terutama mental yang kuat agar sampai ke Puncak. Namun, bagamanapun tujuan untuk mendaki Gunung bukan Puncak. Tapi, kembali pulang dengan selamat.

Where to go, Next ? Ada keinginan untuk mendaki Gunung Ciremai di Jawa Barat, namun sepertinya belum dalam waktu dekat ini, namun saya lebih prefer untuk lanjut ke arah timur dulu. Ada juga keinginan untuk mendaki Gunung Merbabu, yang mungkin akan paling realistis. Tapi, well see. Lihat kedepannya saja nanti bagaimana. Triple S, Completed !

Terimakasih Sudah Membaca
Salam

Aspi Yuwanda
Jakarta, 13 Mei 2025

Cerita Pendakian yang Lalu


29 November 2023

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung, 3.153 MDPL.

Setelah pada bulan Oktober lalu saya mendaki Gunung Sumbing yang memilik ketinggian 3.371 MDPL, pada bulan November ini saya mendaki kembarannya, Gunung Sindoro yang memiliki ketinggian 3.153 MDPL.

Pada pendakian kali ini, saya hanya ber-2. Bersama seorang teman yang sebenarnya juga baru saya kenal di jalur pendakian Gunung Sumbing yang lalu. Namanya Imam, asli Purworejo, Jawa Tengah. Pendakian ini saya lakukan pada tanggal 11-12 November 2023. Saya sudah berencana pada seminggu sebelumnya, sudah menghubungi si Imam mengenai rencana ini dan dia pun tertarik untuk berangkat. Setelah konfirmasi darinya, saya langsung memesan tiket kereta dari Jakarta menuju Kutoarjo. Saya turun di Kutoarjo karena itulah stasiun terdekat dari basecamp Gunung Sindoro via Kledung dan juga stasiun terdekat dari rumah Imam, karena nantinya dia lah yang akan mejemput saya terlebih dahulu di Stasiun untuk kemudian kita menuju ke basecamp di Desa Kledung. Jarak antara stasiun Kutoarjo dan Desa Kledung sekitar 60 KM. Saat itu kami tempuh dengan waktu kurang lebih 2 Jam mengendarai sepeda motor. 

Sekilas tentang Gunung Sindoro. Gunung Sindoro, biasa disebut Sindara, atau juga Sundoro merupakan sebuah gunung volkano aktif yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia, dengan Temanggung sebagai kota terdekat. Gunung Sindoro terletak berdampingan dengan Gunung Sumbing. Gunung sindara dapat terlihat jelas dari puncak sikunir dieng. Kawah yang disertai jurang dapat ditemukan di sisi barat laut ke selatan gunung, dan yang terbesar disebut Kembang. Sebuah kubah lava kecil menempati puncak gunung berapi. Sejarah letusan Gunung Sindara yang telah terjadi sebagian besar berjenis ringan sampai sedang (letusan freatik). Hutan di kawasan Gunung Sundoro berjenis Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. (sumber:di sini).

Ada beberapa jalur pendakian untuk mencapai puncak Gunung Sindoro. Diantaranya, via Kledung, via Alang Alang Sewu, Via Sigendang dan jalur-jalur lainnya. Namun, pada pendakian kali ini saya melakukan pendakian via Jalur Kledung yang merupakan jalur paling populer untuk mencapai puncak Gunung Sindoro.

Baik, sekarang saya akan mulai menceritakan pengalaman saya saat memulai pendakian.

Basecamp - Pos 1

Seperti halnya dengan pendakian Gunung Sumbing yang lalu, pada pendakian kali ini saya juga menggunakan jasa Ojek Gunung. Tarifnya Rp 25.000 untuk sekali perjalanan dan langsung diantar ke Pos 1, atau jika mau lanjut ke batas akhir akses kendaraan, tarifnya Rp 40.000. Saya menggunakan jasa ojek gunung kali ini hanya sampai ke Pos 1. Durasi perjalanan sekitar 15 - 20 menit saja dari basecamp. Jika tidak menggunakan jasa ojek, perjalanan dari Basecamp menuju ke Pos Ojek atau Pos 1 kira-kira dapat ditempuh kurang lebih 1,5 - 2 jam, dengan kontur perjalanan yang landai dan diiringi dengan kebun warga setempat.

                        
  Ojek Gunung Sindoro & Suasana Pos Ojek

Pos Ojek/Pos 1 - Pos 2

Perjalanan sesungguhnya dimulai. Waktu menunjukkan tepat pukul 9.30 pagi, saya dan Imam memulai  perjalanan dan tentunya diawali dengan berdo'a terlebih dahulu agar diberikan keselamatan selama perjalanan. Kontur perjalanan sudah mulai sedikit menanjak, namun banyak bonusnya juga. Sesekali kita akan masih berselisih dengan Ojek Gunung yang mengantar penumpah hingga ke pertengahan antara Pos 1 dan Pos 2. Pendakian saat itu terbilang cukup ramai namun tidak sampai mengakibatkan kemacetan. Yap, di jalur pendakian juga ada mancetnya juga loh. Perjalan dari pos Ojek atau Pos 1 ke Pos 2 saya tempuh kurang lebih 45 menit saja. Mungkin karena jalur yang tidak terlalu menanjak dan banyak bonusnya juga.
 
Sesampainya di Pos 2, saya mengeluarkan peralatan kopi untuk segera membuat kopi.

Coffee in the making

Di Pos 2 ini juga terdapat warung yang menjual semangka, gorengan dan jajanan lainnya. Saya beristirahat cukup lama di sini, bahkan saya sempat tidur juga sebentar.  

Pos 2 - Pos 3

Perjalanan dari Pos 3 kami mulai pada pukul 11.30. Kontur perjalanan mulai menanjak, disertai dengan bebatuan. Selain itu jalur pendakian juga mulai menyempit. Jalur pendakian ke pos 3 ini mengingatkan saya seperti jalur pendakian Gunung Kerinci via Kresik Tuo, antara pos 2 dan pos 3. Jalur yang panjang, menanjak dan berbatu. 

Perjalanan ke Pos 3

Setelah 2 jam perjalanan, sampailah kami di Pos 3, dan ternyata area camp sudah hampir penuh. Sebenarnya, opsi utama kami untuk ngecamp adalah di Sunrise Camp, sekitar 30 menit perjalanan dari Pos 3. Namun, infonya saat itu Sunrise Camp sudah penuh, bukan hampir penuh. Jadinya, kami membangun tenda untuk ngecamp di Pos 3 saja. Dan benar saja, ketika kami sudah hampir selesai, hujan turun. Seperti sebuah keberuntungan karena kami tidak melanjutkan perjalanan ke Sunrise Camp, karena jika kami lanjuktan, bisa saja di perjalanan kami kehujanan. Saat itu hujannya cukup deras dan juga disertai angin sepoi-sepoi.


Timelaps - Tent on progress

Setelah semua beres, kami memasak makanan untuk makan siang. Pada pendakian kali ini kami membuat sebuah kesalahan yang paling mendasar, yaitu Manajemen Logistik yang buruk. Well, sebenarnya saya sudah memperhitungkan dengan baik sebelumnya cuma karena perhitungannya saja yang salah, dan kami merasakan akibatnya saat itu.

Pos 3 - Sunsrise Camp

Pukul 4.30 subuh, kami sudah memulai perjalanan untuk summit attack menuju puncak tertinggi Gunung Sindoro via Kledung, yaitu Puncak Latar Ombo. Selang 20 menit kemudian kami tiba di Sunrise Camp. Sesuai rencana awal, kami berniat untuk sarapan di Sunrise Camp sembari menikmati sunrise dan keindahan Gunung Sumbing dari spot tersebut. Namun, ternyata harapan tak sesuai kenyataan. Kabut tebal menghampiri. Bahkan, si jingga pun tidak terlihat kemunculannya. Tapi, tetap pada rencana awal, kami memasak makanan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Puncak Latar Ombo.

Sign Sunrise Camp

Sunrise Camp - Pos 4

Setelah makan, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Puncak Latar Ombo. Kontur perjalanan sudah tidak ada landainya. Mendaki, melewati bebatuan dan hutan yang cukup rapat. Sekitar 2 Jam kemudian, sampailah kami di Pos 4. Sebuah pecahan batu besar yang ikonik, dinamakan Watu Tatah. 

Pos 4 - Watu Tatah

Pos 4 - Puncak Latar Ombo

Kami tidak berhenti lama di Pos 4, karena mengejar sampai di Puncak sebelum jam 9. Hal tersebut dikarenakan ada aturan bahwa sebelum jam 10 , sudah harus turun dari kawasan puncak karena belerang dari kawah sudah mulai naik dan mengeluarkan bau yang beracun. Jadi berbahaya bagi mereka-mereka yang masih berada di area puncak. Perjalanan dari Pos 4 menuju puncak merupakan perjalanan seperti summit attack pada umumnya. Kita akan mendaki punggungan bukit, dengan elevasi sekitar 130 - 140 derajat dan bebatuan serta pasir yang menjadi pijakan. Namun, menurut saya masih tidak terlalu sulit jika dibandingkan dengan summit attack Gunung Kerinci beberapa tahun lalu. Di pertengahan trek, akan dijumpai sebuah sign yang menandkan bahwa kita sudah memasuki kawasan puncak.
Sign Pertanda Memasuki Kawasan Puncak 

Dari sign tersebut, puncak tertinggi Latar Ombo Gunung Sindoro sudah mulai kelihatan. Sekitar 15 menit kemudian, sampailah kami di puncak tertinggi Gunung Sindoro via Kledung, Puncak Latar Ombo. 

Suasana Puncak Gunung Sindoro via Kledung

Total Waktu yang Saya Butuhkan :
Basecamp - Pos 1                  : 20 Menit
Pos 1 - Pos 2                          : 45 Menit
Pos 2 - Pos 3                          : 2 Jam
Pos 3 - Sunrise Camp            : 20 Menit
Sunrise Camp - Pos 4            : 2 Jam
Pos 4 - Puncak Latar Ombo  : 1 Jam

Total : 6 Jam 25 Menit (estimasi)

Area puncaknya kalau menurut saya, lumayan luas. Tidak seperti puncak Gunung Sumbing. Namun, benar saja. Bau belerangnya sudah mulai menyengat, padahal saat itu masih jam 8 pagi. Suasanya juga ramai, mungkin karena hari minggu juga ya. Saya menyempatkan diri untuk berkeliling untuk melihat area puncak lebih jauh, kemudian bersandar di sebuah batu sambil menikmati keindahan Gunung Sumbing dari kejauhan yang sudah keliahatan karena kabut tebal yang sebelumnya menutupi berangsur-angsur berpindah.


Gunung Sumbing dari Puncak Gunung Sindoro

Tidak terasa, sudah hampir pukul 9.30. Saya pun mulai beranjak dan berjalan turun kembali ke Pos 3. Sekitar 2 jam perjalanan, ditambah dengan seringnya saya beristirahat di trek, hampir pukul 12 siang saya sampai di camp Pos 3. Kemudian makan siang, dan tertidur. Haha

Kami bangun sekitar pukul 3.00 sore, hari sudah gelap karena sepertinya saat itu akan hujan deras. Untuk mengejar waktu, kami langsung bersiap untuk turun dan packing peralatan dilakukan dengan cepat. Hampir pukul 4, kami baru mulai jalan menuju ke basecamp. Sekitar 1 jam perjalanan, kami tiba di Pos 2. Istirahat sebentar, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Sesampainya di pos Ojek II , yang berada di pertengahan Pos 1 dan Pos 2 , kami memutuskan untuk naik Ojek disana saja. Selang 20 menit kemudian, kami sampai di basecamp. Jadi jika ditotal, waktu yang kami habiskan dari Pos 3 hingga ke basecamp tidak sampai 2 jam.

Galeri-galeri selama pendakian :

                                                
                       Gunung Sumbing Terlihat dari Puncak                       Sign Puncak Latar Ombo

Kentang Goreng Rasa Bon Cabe


Video Singkat dari Dalam Tenda


Jadi, begitulah cerita pengalaman saya mendaki Gunung Sindoro via Kledung. Overall, kontur perjalanan tidak begitu jauh berbeda dengan Trek Gunung Gede via Putri, cuma ini lebih singkat saja. Untuk pemula mungkin bisa cocok bisa tidak juga, semua tergantung dengan fisik dan stamina masing-masing. 

Where to go, next ? sejatinya saya ingin melanjutkan pendakian untuk melengkapi Triple S nya Sumbing dan Sindoro, yaitu Slamet. Namun, sepertinya tidak dapat dilakukan dalam waktu dekat ini karena Gunung Slamet sedang tidak baik baik saja. Mungkin agenda berikutnya yaitu melanjutkan pendakian ke Gunung Prau, Gunung Lawu dan Gunung Merbabu, baru kemudian berpindah ke gunung yang berada di Jawa Timur. But let's see. That's all depending time, money ofcourse haha

Terimakasih Sudah Membaca
Salam

Aspi Yuwanda
Jakarta, 29 November 2023

Cerita Pendakian yang Lalu 



6 October 2023

Pendakian Gunung Sumbing Via Kaliangkrik, 3.371 MDPL.

Pada tanggal 30 September 2023 - 1 Oktober 2023 lalu saya melakukan pendakian Gunung Sumbing via Kaliangkrik. Untuk pendakian kali ini sedikit berbeda dengan pendakian saya sebelumnya. Saya ikut open trip dimana saya tidak mengenal satu pun orang-orang yang ikut dalam pendakian. Namun, dalam perjlanan pada akhirnya hampir semua juga dikenali sih haha.

Sekilas tentang Gunung Sumbing. Gunung Sumbing adalah gunung api yang terdapat di Jawa Tengah, Indonesia. (Ketinggian puncak 3.371 mdpl), gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi ketiga di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru dan Gunung Slamet. Gunung ini secara administratif terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang; Kabupaten Temanggung; dan Kabupaten Wonosobo. Bersama dengan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing membentuk bentang alam gunung kembar, seperti Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, apabila dilihat dari arah Temanggung. Celah antara gunung ini dan Gunung Sindoro dilalui oleh jalan provinsi yang menghubungkan kota Temanggung dan kota Wonosobo. Jalan ini biasa dijuluki sebagai "Kledung Pass" (sumber:di sini).

Ada beberapa jalur pendakian untuk mencapai puncak Gunung Sumbing. Yaitu, via Garung, Capit Parakan, Kali Angkrik, Bowongso dan Sipetung. Jalur via Garung adalah yang terpopuler, namun pada pendakian ini saya melalui jalur Kaliangkrik. Menarik juga, karena kita memulai pendakian dari sebuah desa yang bernama Desa Butuh dan memiliki julukan Nepal Van Java. Yep, karena kalau dilihat dari kejuahan, rumah-rumah di desa ini menyerupai seperti rumah-rumah di pedesaan Nepal.

Oke, intronya cukup ya. Saya akan mulai menceritakan pengalaman pendakiannya.

Pada pendakian ini, total rombongan kita adalah 26 orang yang terbagi pada 2 Elf Bis. Kami berdomisili di berbagai tempat sekitaran Jakarta. Sebut saja Serang, Rangkasbitung, Tangerang, Jakarta, Depok, Bekasi hingga Cikarang. Namun, juga ada yang menunggu di basecamp. Ada yang dari Grobogan, Jawa Tengah dan ada juga satu orang yang ikut mendaki namun sebelumnya dia melakukan perjalanan dari Karimun Jawa.

Jarak dari Jakarta ke Kaliangkrik sekitar 500an Km. Kami memulai perjalanan dari Jakarta pukul 10 Malam dan benar-benar tiba di Basecamp pukul 11 Siang hari berikutnya. Melelahkan memang, 13 jam di perjalanan.

Rute Perjalanan Jakarta - Basecamp Kaliangkrik

Sesampainya di basecamp, kami langsung registrasi dan bersiap dan bersiap untuk memulai pendakian.

Suasana Basecamp

Setelah semua beres, kami langsung memulai pendakian. Untuk pertama kalinya saya mencoba Ojek Gunung dan waw. Antara exciting dan deg degan. Bagaimana tidak, kemiringan jalannya mungkin bisa dikatakan antara 130 - 140 derajat, ditambah lagi ada tikungan yang cukup tajam pada perjalanannya. Kira-kira waktu yang dibutuhkan hanya 4 menitan, sesuai dengan durasi video yang saya rekam saat itu. Bisa dilihat bagaiaman ekspresi wajah saya ketika menumpang ojek gunung tersebut pada video dibawah ini.

Ojek Gunung Sumbing via Kaliangkrik


Pos Ojek - Pos 1 (Sirebut)

Sekitar pukul 1.30 siang, ketika semua anggota team sudah sampai di Pos Ojek, kami langsung memulai pendakian dan tentunya dimulai dengan berdoa terlebih dahulu. Kontur perjalanan langsung menanjak dengan melalui anak tangga bebatuan. Perjalanan kira-kira 15 menit untuk mencapai Pos 1. Di Pos 1 ini terdapat warung warga. Menurut saya unik, ada 2 warung di atap yang sama dan menjual jajanan, minuman, buah-buahan yang sama pula. Jangan-jangan pemiliknya juga sama ya.


Sign Pos 1


Pos 1 (Sirebut) - Pos 2 (Sikretek)

Kontur Perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2 tanpa ampun tanpa bonus, langsung tanjakan tanpa henti. Memang jalanannya berupa anak tangga, tapi tanpa adanya bonus tetap saja saya ngap-ngapan . Ditambah lagi cuaca sedang panas teriknya. Memang saat itu ketinggian sudah 2000an meter diatas permukaan laut, namun angin yang berhembus tetap saja angin yang sama seperti yang saya rasakan sehari-hari di Jakarta. Mungkin efek musim kemarau yang panjang ini ya. Waktu yang saya habiskan plus istirahat dan minum kopi sekitar 2 jam. Padahal, pada sign Pos 1 disebutkan bahwa jarak antara pos 1 ke pos 2 hanya sekitar 1,3 KM, tapi karena kontur jalanan seperti itu membuat saya banyak berhenti. Berikut galeri yang saya ambil ketika itu.
Kontur Jalan Pos 1 - ke Pos 2

     Stairway to Summit Haha                                        Racik Kopi Ditengah Perjalanan

Nyemilin Roti di Pos 2

Sign Pos 2

Pos 2 (Sikretek) - Pos 3 (Siterbang)

Di pos 2, saya beristirahat lumayan lama. Mungkin sekitar 30 menit, kemudian melanjutkan perjalanan ke Pos 3, tempat kami akan camping. Kontur jalan masih menanjak namun tidak seperti pada perjalanan antara pos 1 ke pos 2 sebelumnya. Tidak ada lagi anak tangga, namun jalanan berpasir dan sesekali debunya berterbangan karena angin. Diperjalanan juga ada 2 jembatan, kalau kata orang basecamp di jembatan ke 2, kalau ada air , airnya tidak boleh diambil. Saya juga tidak paham maksudnya apa. Ya, mungkin ada kepercayaan atau apa mengenai hal tersebut oleh warga setempat. Di tengah perjalanan juga, sinyal telepon khusunya telkomsel penuh. Dan saya menyempatkan updated di instagram. LoL 

Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 memakan waktu 1,5 jam. Pukul 5.30 sore, saya sampai di pos 3. Saya sampai di pos 3 sebagai rombongan 2 terakhir. Jadi, dibelakang saya masih ada 2 rombongan lagi. 


Perjalanan Pos 2 ke Pos 3

Salah Satu Kontur Perjalanan Pos 2 ke Pos 3

Sign Pos 3

Di Pos 3 inilah, kami mendirikan tenda dan beristirahat untuk summit attack keesokan harinya.

Pos 3 (Siterbang) - Pos 4 (Cipogo)

Jam 3 dini hari, kami semua sudah bersiap untuk menuju puncak tertinggi tentunya kita butuh tenaga yang ekstra ya. Dimulai dengan makan terlebih dahulu dan setelahnya langsung tancap gas.
Nasi Instant + Slice Beef

Tepat jam 3.20 dini hari, kami memulai perjalanan menuju puncak tertinggi Gunung Sumbing, yang dikenal dengan nama Puncak Sejati. 30 menit pertama, kontur perjalanan masih cukup landai dengan beberapa tanjakan yang pendek. Kami sempat kebingungan dengan persimpangan, karena mengingat hari masih gelap, namun dapat teratasi dengan baik. Kalau tidak, ya mungkin saja kami tidak jadi mencapai puncak. Sekitar 1,5 jam kemudian, sampailah kami di Pos 4. Saat itu, matahari sudah mulai muncul dari arah timur, tepat di belakang kami. Sesekali saya menoleh kebelakang untuk menikmati sesaat bagaiaman indahnya momen saat itu. Namun sembari tetap berjalan setapak demi setapak, mengingat kontur jalanan sudah sangat landai dengan kemiringan yang lumayan extreme. 

Sign Pos 4

Matahari Mulai Terbit

Pos 4 (Cipogo) - Puncak Sejati

Kami melanjutkan perjalanan menuju puncak sejati dengan kontur perjalanan dengan kemiringan yang lumayan extreme dan juga berdebu. Namun juga teriringi padang sabana yang ditumbuhi alang-alang dan edelwies. Sekitar 30 menit kemudian, kami beristirahat cukup lama. Sembari memakan snack yang sudah dibawa dan meminum minuman hangat. Tentunya juga, menikmati indahnya alam dari ketinggian yang sudah 3.000 meter diatas permukaan laut dan dilatar belakangan beberapa gunung di sekitar. Seperti Gunung Merapi, Gunung Merbabu. Gunung Andong, Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo yang terlihat jelas. 

                                     Coffee Loading                            Cuplikan Perjalanan Pos 4 - Puncak Sejati



Sekitar jam 7.30 , kami sampailah di Puncak Sejati. Sebuah perasaan yang membahagiakan, karena kami sudah berjalan dari 4 Jam sebelumnya dan melewati jalanan yang terjal dan juga berdebu.


Puncak Sejati - 3.371 MDPL

Puncak Sejati Gunung Sumbing - Suasana

Total Waktu yang Saya Butuhkan (Estimasi) :
Pos Ojek - Pos 1          : 15 Menit
Pos 1 - Pos 2                : 2 Jam
Pos 2 - Pos 3                : 1 Jam 30 Menit
Pos 3 - Pos 4                : 1 Jam 30 Menit
Pos 4 - Puncak Sejati   : 1 Jam

Total Waktu Bersih 6 Jam 25 Menit

Setelah beristirahat cukup lama sembari menikmati keindahan, jam 9 saya mulai turun kembali menuju camp area di pos 3, dan sampai pada jam 11.30. Kemudian makan siang, beres-beres dan packing bersiap untuk kembali turun menuju basecamp di Desa Butuh. Perjalanan turun saya mulai pada jam 1.30 siang, dan sampai di pos ojek sekitar jam 4 sore. 

Nah, begitulah cerita pengalaman saya mendaki Gunung Sumbing via Kaliangkrik. Menurut saya, memang waktu yang dibutuhkan singkat namun kontur perjalanan cukup berat.  Kalau fisik dan stamina fit dan baik, mungkin tidak masalah. Tapi bagi saya, yang jalannya pelan yang mendaki gunung untuk menikmati pemandangan dan suasana, saya rasa kurang recommended. 


Terimakasih Sudah Membaca
Salam

Aspi Yuwanda
Jakarta, 6 Oktober 2023


Cerita Pendakian yang Lalu
Gunung Gede - 2023

14 September 2023

Pendakian Gunung Gede via Putri, 2.958 MDPL.

Yeah, setelah 8 tahun akhirnya saya mendaki gunung lagi. Kali ini saya mendaki Gunung Gede pada tanggal 25 - 26 Agustsu 2023 lalu. Gunung Gede secara adminstratif terletak di 3 wilayah Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yaitu, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. Ada 3 jalur pendakian resmi, yaitu jalur Putri dan jalur Cibodas yang terletak di Kabupaten Cianjur dan jalur Selabintana yang terletak di Kabupaten Sukabumi. Namun yang paling populer adalah Jalur Putri. Untuk pendakian kali ini, saya melalu jalur Putri, yang tepatnya terletak di Kp. Gunung Putri, Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. 

Jalur Pendakian Via Putri

Saya berangkat ber-2, bersama teman yang juga merupakan team saya saat pendakian Gunung Kerinci 8 tahun yang lalu. Kami berangkat dari Jakarta  pada hari Kamis, 24 Agustus 2023 sekitar pukul 11 malam dan sampai di basecamp 4 jam kemudian, kemudian istirahat dan memulai pendakian pada pagi harinya. Oh ya, untuk simaksi pendakian Gunung Gede harus daftar online dulu di website https://booking.gedepangrango.org/  agar tidak kehabisan kuota pendakian.

Pagi harinya, sekitar jam 8 kami berkemas dan siap untuk memulai pendakian. Kami menuju basecamp untuk daftar ulang simaksi dan juga untuk tes kesehatan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan izin pendakian. Tepat jam 9.30, kami memulai pendakian dari basecamp menuju Puncak Gunung Gede.

Titik Awal Pendakian - Terlihat Gunung Gede 

 Basecamp - Pos 1 (Infromasi Lama)

Perjalanan dari Basecamp putri menuju pos 1 diawali dengan jalanan yang menanjak dan kiri kanannya diiringi oleh perkebunan milik warga. Setelah memasuki pintu rimba, kontur jalanan sedikit terjal dengan bebatuan, tanah merah dan akar pohon. Estimasi perjalanan dari basecamp kek pos 1 sekitar 1 jam 30 menit.

Suasana Pos 1 - Informasi Lama
Suasana Pos 1 - Informasi Lama

D pos 1 ini kami bertemu dengan rombongan yang berjumlah 17 orang yang semuanya adalah bapak-bapak usia 35 tahun keatas. Kata mereka sih pembubaran panitia lomba 17an perumahan dan di akhiri dengan trekking di Gunung Gede. rame sekali ya dan setelahnya kami beberapa kali bertemu kembali dengan mereka.

Coffee Time

Pos 1 (Informasi Lama) - Pos 2 (Legok Leunca)

Setelah beristirahat sekitar 15 menit, kami melanjutkan pendakian menuju Pos 2. Waktu yang kami tempuh sekitar 45 menit, dengan kontur jalur tanah merah, bebatuan dan lebih terjal dari jalur sebelumnya.

Berikut sekilas kontur jalannya.


Sesampainya di Pos 2, kami makan siang dan beristirahat sekitar 1 jam.

Menu Makan Siang

Relax

Pos 2 (Legok Leunca) - Pos 3 (Buntut Lutung)

Setelah makan siang dan dirasa tenaga sudah kembali penuh, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3. Waktu yang dibutuhkan sekitar 1 Jam 30 Menit dengan kontur jalana sama dengan sebelumnya namun lebih terjal. Berikut gambarannya :
Sekilas Perjalanan Pos 2 ke Pos3

Sign Pos 3 - Buntut Lutung

Di Pos 3 ini, kami kembali beristirahat dan terlihat samar-samar kabut mulai turun dan cuaca lebih sejuk dari sebelumnya. Setelah 30 menit kami kembali melanjutkan pendakian menuju pos 4.

Pos 3 (Buntut Lutung) - Pos 4 (Simpang Malebar)

Inilah trek tersulit menurut saya, karena hampir 90% perjalanan adalah jalanan terjal dengan akar-akar pohon. Sangat menguras tenaga. Waktu yang dibutuhkan sekitar 2 Jam hingga sampai di Pos 4. Di pos 4, saya tidak banyak mengambil gambar karena waktu sudah menunjukan Jam 5 sore, dan kami mengejar waktu agar tidak gelap saat membangun tenda nanti di surya kencana. 

Berikut adalah gambaran jalur dari pos 3 menuju pos 4.
Jalur Pos 3 ke Pos 4 - Terlihat Kabut Turun

Pos 4 (Simpang Malebar) - Pos 5 (Alun-Alun Surya Kencana Timur)

Kontur perjalanan dari Pos 4 menuju pos 5 awalnya masih sama seperti perjalanan pos 3 ke pos 4, namum setelah beberapa ratus meter, jalannya sudah landai dengan kontur bebatuan yang disusun sedemikan rupa oleh pihak Taman Nasional. Tepat pada pukul 5.30 sore kami sampai di Pos 5.

Total waktu yang kami tempuh dari baseamp hingga ke pos 5 adalah sebagai berikut :
1. Basecamp ke Pos 1 : 1 Jam 30 Menit 
2. Pos 1 ke Pos 2 : 45 Menit
3. Pos 2 ke Pos 3 : 1 Jam 30 Menit
4. Pos 3 ke Pos 4 : 2 Jam
5. Pos 4 ke Pos 5 : 30 Menit

Total : 6 Jam 15 Menit

Sign Pos 5

Alun Alun Surya Kencana Timur

Alun Alun Surya Kencana Timur - 2

Kami beristirahat sejenak dan kemudian berjalan menuju surya kencana barat untuk mendirikan tenda.
Perjalanan sekitar 1.5 KM, menurut Gogole Maps dengan dihiasi Bunga Edelwise di kiri kanannya perjalanan. Kenapa mendirikan tenda di sisi barat, agar tidak jauh untuk menuju jalur puncak keesokan harinya.

Alun Alun Timur - Alun Alun Barat

Sesampainya, kami langsung mendirikan tenda, memasak makan malam dan beristirahat.

Keesokan paginya, kami langsung menikmati seduhan kopi dan bersantai di depan tenda menikmati indahnya matahari yang menampakkan diri dengan perlahan dari ufuk timur.

Sunrise

Sekitar Jam 6.30 , saya bersiap untuk menuju puncak Gunung Gede. Saya sendirian menuju puncak karena teman saya tidak ikut. Kontur perjalanan menuju puncak terjal, dan seingat saya tidak ada sedikitpun bonus. Berikut Gamabarannya : 

Jalur Menuju Puncak Gede

Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam, dan sampailah di Puncak Tertinggi Gunung Gede, 2.958 MDPL.

Puncak Gunung Gede


Tugu Puncak Gunung Gede

Finally, saya mencapai puncak Gunung Gede, Gunung ke-2 yang saya daki dan setelah 8 tahun tidak melakukan pendakian. LoL

Sekitar 30 menit kemudian, saya kembali turun menuju Alun-Alun Surya Kencana, perjalanan turun membutuhkan waktu sekitar 30 menit.

Sesampainya di tenda, saya memasak sarapan dan bersantai sejenak dan rencana awal ingin turun jam 12 siang batal karena kami ketiduran. LoL

Sarapan

Bersantai

Bersantai -2 


Alun Alun Surya Kencana

Setelah makan siang, sekitar jam 3.30 sore, kami bersiap untuk turun ke basecamp dari rencana awal jam 12, molor karena kami ketiduran. 

Kami langsung berjalan dan tidak beristirahat lama seperti kemaren saat mendaki karena rencana awalnya agar tidak gelap saat masih di hutan. Namun, sesampainya di Pos 3 kami beristirahat cukup lama, memakan snack dan juga menyeduh kopi. Karena, dari Surya Kencana sampai di Pos 3 kami tidak beristirahat cukup, hanya duduk sebentar , minum air dan kembali jalan. Barulah di pos 3 kami beristirahat cukup lama. Seingat saya, kami sampai di Pos 3 jam 5.30 sore dan kembali jalan hampir jam 6.30. Misi untuk tidak jalan malam di hutan kembali gagal. Tapi tidak masalah, karena basecamp semakin dekat dan kontur perjalanan tidak seperti sebelumnya. Di pos 3, kami bertemu kembali untuk kesekian kalinya dengan rombongan yang berjumlah 17 orang seperti yang saya ceritakan sebelumnya. Mereka bermalam dan mendirikan tenda di Pos 3.

Suasana Pos 3 Menjelang Malam

Coffe Time

Jam 6.30, malam sudah menjelang, kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp. Sesampainya di pos 1, kami beristirahat karena misi untuk tidak jalan malam sudah gagal. Menikmati suara hutan dimalam hari . Sangat mengagumkan enak sekali ditelinga.

Art of Sound in the Middle of Forest


Pukul 8.30 , kami akhirnya sampai di Pintu Rimba. Setelah sebelumnya sempat beristirahat sejenak di pos ojek, karena disana signal internet sudah kencang dan keasikan balas-balas pesan dan mengabari keluarga. Jadi, perjalanan turun memakan waktu kotor sekitar 5 Jam kurang lebih. Karena kami beristirahat lumayan lama 3 kali,  di Pos 3 1 jam di Pos 1 sekitar 30 menit dan di pangkalan ojek sebelum pintu rimba 30 menit. Bersihnya kira-kira 3 Jam. Kesimpulannya, waktu turun adalah setengah dari waktu pendakian, dan tentunya karena beberapa faktor. Seperti bawaan yang sudah tidak seperti mendaki, juga kontur perjalanan yang menurun.

Pintu Rimba Gunung Gede via Putri

Kami lanjut jalan, menuju basecamp kemudian bersiap untuk kembali pulang ke Jakarta.

Begitulah cerita pengalaman saya dalam pendakian Gunung Gede via Jalur Putri. Menyenangkan, kembali ke alam setelah berkutat di kehidupan kota, dan tentunya menjadi penyemangat saya untuk kembali mendaki. Nah, sebenarnya 8 tahun lalu ketika saya pulang dari pendakian gunung kerinci, hasrat untuk mendaki sangat tinggi. Namun kemudian berangsur hilang karena faktor tidak adanya teman, tapi saat ini dengan euforia yang sedang tinggi, saya berusaha untuk mejaga ritme dengan mencari teman untuk melakukan pendakian berikutinya ditambah lagi, saat ini gear saya sudah lengkap. Jadi, tinggal berangkat kalau ada teman haha. Kenapa begitu, karena saya tidak prefer untuk mendaki sendiri juga haha.

Berikut cerita saya ketika melakukan pendakian Gunung Kerinci tahun 2015 lalu.

Terimakasih sudah membaca. 
Salam.

Aspi Yuwanda  

Jakarta, 14 September 2023.


Comments system

Disqus Shortname

Powered by Blogger.