1 February 2016

Analisis Perencanaan dan Pengawasan Persediaan Menggunakan Metode EOQ - BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1          Review Penelitian Sebelumnya

            Penelitian yang dilakukan oleh Africya (2010) pada penelitannya yang berjudul “Analisis Metode Persediaan dengan menggunakan Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) Dalam Upaya Menimilkan Biaya dan Memaksimalkan Keuntungan pada PT. Kimia Farma Trading and Distribution”. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan dengan metode EOQ perusahaan dapat melakukan penghemat biaya dengan menimilkan pemesanan. Selain itu, penelitian tersebut memerlukan metode Reorder Point (ROP) agar perusahaan dapat menentukan waktu pemesanan kembali barang agar tidak mengganggu kegiatan produksi.
            Hasil dari penelitian ini adalah hasil perhitungan tanpa menggunakan EOQ untuk biaya pemesanan sebesar Rp 945.238 dan biaya penyimpanan sebesar Rp 26.040.077, dengan total biaya sebesar Rp 26.985.315 sedangkan dengan menggunakan EOQ untuk biaya pemesanan sebesar Rp 4.963.812 dan biaya penyimpanan sebesar Rp 5.002.113 dengan total biaya sebesar Rp 9.965.925. Dari total biaya tersebut, terdapat selisih sebesar Rp 17.019.390 yang merupakan penghematan biaya bagi perusahaan.
            Anggoro (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Bobo Bakery”. Bobo Bakery merupakan perusahaan manufaktur yang memiliki usaha dalam bidang industri roti. Penelitian itu memiliki maksud untuk memberikan saran alternatif pada perusahaan untuk melakukan manajemen persediaan bahan baku agar perusahaan dapat memaksimalkan laba dan meminimalkan biaya. Manajemen persediaan pada penelitian ini dilakukan pada bahan baku tepung terigu untuk tahun 2013. Hal ini dikarenakan bahan baku itu merupakan jenis bahan baku utama yang mengalami masalah kelebihan dan kekurangan bahan baku paling sering di perusahaan. Metode manajemen persediaan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Metode EOQ (Economic Order Quantity. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode ini dapat melakukan penghematan total biaya persediaan bahan baku tepung terigu, yaitu 41,04 %. Berikut ini merupakan tabel perbandingan total biaya persediaan (total inventory cost) menurut Bobo Bakery dan Metode Dasar EOQ :
Perbandingan Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost) Menurut Bobo Bakery dan Metode Dasar EOQ
Tahun
TIC
Bobo Bakery
TIC
Metode  EOQ
Penghematan
2010
Rp     190.367.102
Rp             112.233.035
Rp  78.134.067
  Sumber : Anggoro (2010)

2.2       Persediaan

2.2.1    Pengertian Persediaan

            Persediaan berpengaruh terhadap neraca maupun laporan rugi-laba. Dalam neraca sebuah perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur, persediaan seringkali merupakan bagian yang sangat besar bagi keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Oleh karena, itu menurut Sunyoto (2012:14) persediaan yaitu sejumlah barang atau bahan yang dimiliki oleh perusahaan yang tujuannya untuk dijual atau diolah kembali.
Menurut Sofyan (2013:49), persediaan adalah sejumlah sumber daya baik berbentuk bahan mentah ataupun barang jadi yang disediakan perusahaan untuk memenuhi permintaan dari konsumen. Persediaan merupakan stock yang dibutuhkan perusahaan untuk mengatasi adanya fluktuasi permintaan.
            Sedangkan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 14 Revisi Tahun 2009 (IAI:2012), persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses dan atau dalam perjalanan, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan atau supplies untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberi jasa.

2.2.2    Tujuan dan Fungsi Persediaan

2.2.2.1 Tujuan Persediaan

            Menurut Sunyoto (2012:15), ada beberapa tujuan persediaan diantaranya :
1.      Menghilangkan pengaruh ketidakpastian
2.      Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian
3.      Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran
4.      Menghilangkan/mengurangi risiko keterlambatan pengiriman bahan
5.      Menyesuaikan dengan jadwal produksi
6.      Menghilangkan/mengurangi resiko kenaikan harga
7.      Menjaga persediaan bahan yang dihasilkan secara musiman
8.      Mengantisipasi permintaan yang dapat diramalkan
9.      Mendapatkan keuntunan dari quantity discount
10.  Komitmen terhadap pelanggan
Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam perusahaan tersebut.

2.2.2.2 Fungsi Persediaan

            Menurut Rangkuti (2007:15), fungsi-fungsi persediaan yaitu :
1.      Fungsi Indenpendensi
Persediaan memiliki fungsi agar perusahaan dapat melakukan proses produksi meski supplier tidak dapat menyanggupi jumlah dan waktu pemesanan barang yang dilakukan perusahaan dengan cepat.
2.      Fungsi Ekonomis
Persediaan memiliki fungsi agar perusahaan dapat menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
3.      Fungsi Antisipasi
Persediaan memiliki fungsi agar perusahaan dapat melakukan antisipasi pada perubahahan permintaan konsumen.

2.2.3    Jenis Persediaan

Menurut Sofyan (2013:50), berdasarkan jenisnya, secara umum persediaan dibagi atas 5 (lima) jenis, yaitu :
1.      Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu barang-barang yang dibeli dari pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan.
2.      Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work ini process/progress stock), yaitu bahan bakau yang sudah diolah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah selanjutnya agar produk dapat selesai dan menjadi produk akhir.
3.      Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (component stock), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen (parts) yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung dirakit dengan parts lain, tanpa proses produksi sebelumnya.
4.      Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu barang yang telah diproses dan siap untuk disimpan di gudang, kemudian dijual atau didistribusikan ke lokasi pemasaran.
5.      Persediaan bahan bahan pembant atau barang-barang perlengkapan (supplies stock), yaiut barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan produksi, namun tidak menjadi bagian produk akhir yang dihasilkan perusahaan.

Pembagian jenis persediaan berdasarkan tujuannya menurut Ristono (2009:7-8), terdiri dari :
1.      Persediaan Pengamanan (safety stock)
Persediaan pengamanan atau sering pula disebut sebagai safety stock adalah persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan pengaman tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut, akan terjadi kekurangan persediaan (stockout).
2.      Persediaan Antisipasi
Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock merupakan persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
3.      Persediaan dalam Pengiriman
Persediaan dalam pengiriman disebut work-in porcess stock adalah persediaan masih dalam pengiriman, yaitu :
a.       Eksternal Transit Stock adalah persediaan yang masih berada dalam transportasi.
b.      Internal Transit Stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.

2.2.4    Biaya-Biaya Persediaan

            Dikarenakan persediaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kelancaran produksi dan penjualan, menurut Ristono (2009:3-4) persediaan harus dikelola secara tepat. Dalam hal ini perusahaan harus dapat menentukan jumlah persediaan optimal, sehingga di satu sisi kontinuitas produksi juga dapat terjaga dan pada sisi lain perusahaan dapat memperoleh keuntungan, karena perusahaan dapat memenuhi setiap permintaan yang datang.
Menurut Ristono (2009:22), biaya-biaya persediaan, yaitu :
1.      Biaya Pembelian (Purchase Cost) dan Biaya Produksi (Production Cost)
Biaya pembelian adalah biaya-biaya yang timbul saat perusahaan melakukan pembelian barang dari supplier. Biaya-biaya ini yaitu harga pembelian. Lalu, biaya produksi adalah biaya-biaya yang timbul saat perusahaan melakukan proses produksi barang untuk kebutuhan perusahaan. Biaya-biaya ini, yaitu biaya bahan baku, gaji tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
2.      Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang timbul saat perusahaan melakukan pemesanan barang. Biaya ini memiliki pengaruh secara langsung pada frekuensi pemesanan. Jika frekuensi pemesanan semakin banyak dilakukan oleh perusahaan, maka biaya pemesanan akan semakin besar. Sebaliknya, jika frekuensi pemesanan semakin sedikit dilakukan oleh perusahaan, maka biaya pemesanan akan semakin kecil. Biaya-biaya yang digolongkan dalam biaya ini, yaitu :
a.       Biaya sumber daya manusia
b.      Biaya ekspedisi
c.       Biaya telepon
d.      Biaya administrasi
e.       Biaya pengiriman barang
f.       Biaya pembongkaran barang
g.       Biaya pemeriksaan barang, dan lain-lain
3.      Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan diadakannya persediaan. Biaya penyimpanan ini dinyatakan dalam 2 bentuk, yakni sebagai persentase dari nilai rata-rata persediaan per tahun dan dalam bentuk rupiah per tahun per unit barang. Biaya-biaya yang digolongkan dalam biaya ini adalah :
a.       Biaya sewa gudang
b.      Biaya administrasi pergudangan
c.       Biaya gaji pelaksana gudang
d.      Biaya listrik, air dan telepon
e.       Biaya modal yang ditanam dalam persediaan
f.       Biaya asuransi
g.       Biaya kerusakan/kehilangan
h.      Biaya pemeliharaan dan pengelolaan, dan lain-lain
4.      Biaya Kehabisan Barang (Shortage Cost)
Biaya kehabisan barang adalah biaya-biaya yang timbul saat perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen karena kehabisan barang.

2.3       Pengendalian

2.3.1    Pengertian Pengendalian

            Menurut Reeve, Duchae dan Waren (2009:342) pengendalian adalah suatu proses untuk menjamin terciptanya kinerja yang efektif dan memungkinkan tercapainya tujuan perusahaan. Sedangkan menurut Sunyoto (2012:17) pengendalian merupakan proses untuk memotivasi dan memberi semangat orang-orang yang melaksanakan kegiatan-kegiatan demi mencapai tujuan organisasi.
            Dari pengertian pengendalian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian dapat diartikan secara umum sebagai upaya yang dilakukan manajemen supaya pelaksanaan tidak meyimpang dari rencana. Selain itu juga memberi semangat kepada karyawan untuk melaksanakan kegiatan agar mencapai tujuan yang ditentukan.

2.4       Pengendalian Persediaan

            Sistem pengendalian persediaan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus diadakan. Sistem ini menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kualitas dan waktu yang tepat (Sunyoto 2012:225).
            Pengendalian persediaan bukan hal yang mudah. Apabila jumlah persediaan terlalu besar menimbulkan dana menganggur yang besar (yang tertanam dalam persediaan). Meningkatnya biaya penyimpanan dan resiko kerusakan barang yang besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko kerusakan barang yang besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena sering kali bahan barang yang dibutuhkan tidak dapat didatangkan secara mendadakn dan sebesar yang dibutuhkan (Sunyoto 2012:146).

2.4.1    Tujuan Pengendalian Persediaan

            Pengendalian persediaan yang dilakukan setiap perusahaan tentunya mempunyai tujuan. Menurut Sunyoto (2012:148), tujuan-tujuannya adalah :
a.       Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b.      Menjaga agar pembentukan persediaan oleh organisasi tidak terlalu besar ataun berlebih-lebihan, sehingga biaya yang timbul tidak terlalu besar.
c.       Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan semakin besar.

2.5       Manajemen Persediaan

            Menurut Ristono (2009:3), manajemen persediaan adalah kegiatan perusahaan dalam menentukan komposisi persediaan agar perusahaan dapat melakukan pengaturan dan pengawasan atas pelaksanaan pemesanan dan penyimpanan barang yang diperlukan oleh perusahaan berdasarkan jumlah dan waktu yang dibutuhkan dengan biaya paling rendah.

2.5.1    EOQ (Economic Order Quantity)

Menurut Carter (2009 : 314), Economic Order Quantity  adalah jumlah persediaan yang dipesan pada suatu waktu yang meminimalkan biaya persediaan tahunan. Menentukan pesanan persediaan ialah dengan menentukan berapa banyak jumlah persediaan yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan kegiatannya.
Menurut Hansen dan Mowen (2007:625), Economic order quantity adalah cara untuk menemukan kuantitas pesanan yang meminimalkan total biaya. Rumus yang digunakan dalam melakukan perhitungan kuantitas pemesanan ekonomis, yaitu:
EOQ =
Sumber: Hansen dan Mowen (2007 : 625)
Keterangan:
EOQ    =  Kuantitas pemesanan ekonomis bahan baku (unit)
P          =  Biaya pemesanan bahan baku tiap kali pesan (rupiah)
D         =  Permintaan tahunan (unit)
C          =  Biaya material bahan baku per unit per tahun (rupiah)

Dalam  penerapan EOQ dibutuhkan bebearapa asumsi. Heizer dan Render (2010 : 92) asumsi-asumsi tersebut, antara lain:
a.       Jumlah permintaan diketahui konstan.
b.      Waktu tunggu,yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan.
c.       Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.
d.      Tidak tersedia diskon kuantitas.
e.       Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan dan biaya penyimpan persediaan
f.       Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

2.5.1.1 Kelebihan Economic Order Quantity

Menurut Syamsuddin (2009 : 294), menyatakan bahwa dalam penerapannya, model EOQ ini mempertimbangkan baik biaya-biaya operasi maupun biaya-biaya finansial serta menentukan kuantitas pemesanan yang akan meminimumkan biaya-biaya persediaan secara keseluruhan. Dengan demikian, model EOQ ini tidak hanya menentukan jumlah pemesanan yang optimal tetapi yang lebih penting lagi adalah yang menyangkut aspek finansial dari keputusan-keputusan tentang kuantitas pemesanan tersebut.

2.5.1.2 Kelemahan Economic Order Quantity

            Menurut Syamsuddin (2009 : 294), menyatakan bahwa walaupun EOQ ini baik dan dulu dipergunakan, tetapi mempunyai kelemahan:
a.       Karena EOQ mengasumsikan data yang bersifat tetap, sering kali menjadi kurang dapat dipercaya hasilnya.
b.      Persediaan pengaman tidak diperhitungkan.
c.       Semua barang harus dihitung EOQ nya satu persatu.
d.      Sistem tersebut hanya menggunakan data yang lampau.
e.       Perubahan harga tidak diperhitungkan.
Oleh karena itu, dalam menggunakan rumus EOQ tersebut, kita perlu bersikap kritis dengan mengetahui dan memperhitungkan kelemahan-kelemahan tadi. Penggunaan pesanan ekonomis bersama dengan persediaan pengaman adalah sangat masuk akal.

2.5.2    Safety Stock (SS)

Menurut Hansen dan Mowen (2007:626), Safety Stock adalah adalah persediaan ekstra dilakukan untuk melayani asuransi terhadap fluktuasi permintaan. Rumus yang digunakan dalam melakukan perhitungan jumlah persediaan antisipasi, yaitu:
SS = (Maximum Usage – Average Usage) x Lead Time
Sumber: Hansen dan Mowen (2007 : 626)
Keterangan:
SS                                = Jumlah persediaan antisipasi (unit)
Maximum Usage          = Penggunaan unit maksimal per hari (unit)
Average Usage                        = Penggunaan rata-rata unit per hari (unit)
Lead Time                    = Waktu yang dibutuhkan untuk menerima  pesanan (hari)

2.5.3    Reorder Point (ROP)

Menurut Hansen dan Mowen (2007:625), Reorder Point adalah titik waktu ketika sebuah pesanan baru harus diadakan. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
ROP = (Average Usage x Lead Time) + Safety Stock
Sumber: Hansen dan Mowen (2007 : 625)

Keterangan:
ROP                   =  Titik pemesanan kembali bahan baku (unit)
Average Usage = Penggunaan rata-rata unit per hari (unit)
Lead Time        = Waktu yang dibutuhkan untuk menerima pesanan (hari)
Safety Stock     = Jumlah persediaan antisipasi (unit)

2.5.4    Total Cost (TC)

            Menurut Hansen dan Mowen (2007:624), Total Cost (TC) adalah biaya pemesanan ditambah biaya material persediaan. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
TC =
Sumber: Hansen dan Mowen (2007 : 624)
Keterangan :
TC       =  Total biaya
P          =  Biaya pemesanan bahan baku tiap kali pesan (rupiah)
D         =  Permintaan tahunan (unit)
C          =  Biaya material bahan baku per unit per tahun (rupiah)
Q         =  Jumlah pemesanan per sekali pesan

2.5.5    Contoh Perhitungan Economic Order Quantity, Safety Stock dan Reorder Point.

            Contoh perhitungan Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SS) dan Reorder Point (ROP) menurut Hansen dan Mowen (2007:627) sebagai berikut:
            Penggunaan rata-rata                = 320 per hari  (average usage)
            Penggunaan maksimal             = 340 per hari  (maximum usage)
            Permintaan tahunan                 = 80,000 unit   (D)
            Biaya material per unit = $ 5                (C)
            Biaya pemesanan                     = $ 12.500       (P)
            Lead Time                               = 20 hari          (LT)
            Berapa EOQ , SS dan ROP ?
            Jawab :
EOQ    =
EOQ    =
                        EOQ    =
                        EOQ    = 20.000 Unit
Jadi, pemesanan ekonomis adalah 20.000 unit setiap kali pesan.
SS        = (Maximum Usage –Average Usage) x lead time
                        SS        = (340-320) x 20
                        SS        = 20 x 20
                        SS        = 400 Unit
Ketika persediaan tersedia 400 unit, perusahaan masih berada dititik aman dalam melakukan kegiatan produksi.
ROP     = (Average Usage x Lead Time) + Safety Stock
ROP     = (320 x 20) + 400
ROP     = 6.800 Unit
Ketika persediaan dititik 6.800 unit, perusahaan harus memesan kembali persediaannya agar kegiatan produksi perusahaan tetap lancar dan tidak terganggu karena tidak tersedianya persediaan.

Kesimpulan :
Menurut perhitungan EOQ, jumlah pemesanan ekonomis yaitu 20.000 unit. Jumlah persediaan antisipasi adalah 400 unit dan titik pemesanan kembali yaitu saat persediaan tersisa 6.800 unit .


2.6       Forecast (Peramalan)

2.6.1    Forecast Penjualan

Menurut Sunyoto (2012:32) Forecast penjualan adalah perkiraan / proyeksi secara teknis permintaan konsumen potensial untuk suatu waktu tertentu dengan berbagai asumsi dan dibuat berdasarkan data-data yang pernah terjadi atau mungkin akan terjadi. Meskipun demikian hasil perkiraan yang diperoleh mungkin saja tidak sama dengan rencana. Hal ini disebabkan (Sunyoto:2012:32) :
1.      Forecast lebih merupakan pernyataan atau penilaian yang kuantifisir terhadap kondisi masa depan mengenai subjek tertentu, misalnya penjualan.
2.      Forecast penjualan merupakan proyeksi teknis dari permintaan konsumen potensial untuk jangka waktu tertentu dengan menyebutkan asumsi yang mendasarinya.
3.      Forecast selayaknya hanya dipandang sebagai bahan masukan untuk mengembangkan suatu rencana penjualan.
4.      Manajemen dapat menerima atau menolak hasil dari suatu forecast.
Hasil dari forecast penjualan akan dikonversikan sebagai rencana penjualan dengan memperhitungkan hal - hal sebagai berikut (Cristina dan Fuad:2007:24) :
1.      Pendapat.
2.      Strategi - strategi yang direncanakan.
3.      Keterikatan / komitmen dengan sumber daya.
4.      Ketetapan manajemen dalam usaha mencapai sasaran penjualan.

Secara umum teknik forecast yang diterapkan untuk menjadi forecast penjualan dikelompokkan menjadi (Cristina dan Fuad:2007:24) :
1.      Forecast berdasarkan judgement
Dapat dilakukan melalui pendapat seperti pimpinan bagian pemasaran, pendapat petugas penjualan, pendapat konsumen maupun pendapat para ahli.
2.      Forecast berdasarkan analisis statistika
Apabila perhitungan berdasarkan data historis dari satu variabel maka digunakan cara : metode tren bebas, tren semi average, metode trend moment, trend least square.
3.      Forecast berdasarkan metode khusus.
a.       Analisis Industri
b.      Analisis product line
c.       Analisis penggunaan akhir
Pada penelitian ini penulis akan mencoba membandingkan antara ramalan penjualan menggunakan analisis tren garis lurus menggunakan metode kuadrat terkecil  (least square) dan trend parabola kuadrat.
1.        Metode Kuadrat terkecil (least square)
Ramalan jualan menggunakan metode kuadrat terkecil dapat dihitung dengan rumus (Nafarin:2007:100) :
Sumber: Nafarin (2007 : 100)
Dimana :
Keterangan :
Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
a = Nilai Konstan
b = Koefisien arah regeresi
n = Banyaknya data
2.        Metode Parabola kuadrat
Ramalan jualan menggunakan tren parabola kuadrat menggunakan rumus (Sunyoto:2012:53) :
Sumber: Sunyoto (2012 : 53)
Dimana :                                                            
 

Keterangan :
            a = Konstanta yang menunjukkan besarnya harga Y apabila X = 0
            b = Variabel per X yang menunjukkan perubahan nilai Y terhadap setiap satu unit X
c = Variabel X yg dikuadradkan
Y = Variabel yang akan diramalkan
X =  Variabel bebas (unit waktu)
n = Jumlah data          

2.6.2        Standar Kesalahan Peramalan (SKP)

Standar Kesalahan Peramalan dapat digunakan sebagai dasar didalam menentukan metode - metode yang paling sesuai untuk digunakan. Nilai SKP yang paling kecil akan menunjukkan bahwa peramalan yang disusun mendekati kesesuaian. Adapun rumus standar kesalahan peramalan menurut Sunyoto (2012:59) adalah sebagai berikut :
SKP = 
Sumber: Sunyoto (2007 : 100)
Keterangan :
            Y = penjualan nyata
Y’ = ramalan jualan
n  = banyaknya data periode yang dianalisis
-2 = 2 derajat kebebasan hilang karena dua parameter populasi sedang diramalkan dengan nilai sampel data (a dan b)
Ilustrasi perhitungan metode least square dan metode parabola kuadrat serta menghitung keakuratannya menggunakan SKP menurut Nafarin (2007:101) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Tren Garis Lurus Metode Least Square
N
Tahun
Jualan (Y)
X
X2
XY
1
2011
130
0
0
0
2
2012
145
1
1
145
3
2013
150
2
4
300
4
2014
165
3
9
495
5
2015
170
4
16
680
760
10
30
1.620

Syarat ∑X ≠ 0
N : Jumlah Data           X : Variabel bebas       Y : Jualan Nyata
Y=      a    +    bX
b =      n ∑XY - ∑X ∑Y
              n ∑X2 – (∑X)2
b =        5 x 1.620 – 10 x 760          =       8.100 – 7.600          =     10
                 5 x 30 – (10)2                             150 -100
Nilai a dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
a =    ∑X2∑Y-∑X∑XY 
            n∑X2-(∑X)2  
a =   30 x 760 – 10 x 1620
            5 x 30 – (10)2
a = 132

Persamaan tren garis lurus Y        =      a    +   bX
Peramalan jualan tahun 2016        =    132 + 10(5)
                                                      =    182 unit
Tabel serta perhitungan diatas menunjukkan bahwa persamaan dari tren garis lurus y = a + bx, dengan a = 132 dan b= 10, sehingga telah dapat digunakan dalam menghitung peramalan penjualan untuk tahun 2016 dan seterusnya.

Berikut ini adalah contoh perhitungan ramalan penjualan dengan menggunakan metode kuadrat (Garis Lengkung) :
Tren Parabola Kuadrat
N
Tahun
Jualan (Y)
X
XY
X2
X2Y
X4
1
2011
130
-2
0
4
520
16
2
2012
145
-1
145
1
145
1
3
2013
150
0
300
0
0
0
4
2014
165
1
495
1
165
1
5
2015
170
2
680
4
680
16
760
0
1.620
10
1.510
34
Syarat ∑X = 0
N : Jumlah Data           X : Variabel bebas       Y : Jualan Nyata
∑Y       =  na       +  c ∑X2                          760    =  5a  + 10c   .......... x2
∑X2Y   = a ∑X2 +   c ∑X4                   1.510 = 10a + 34c
Syarat ∑X = 0                                      1.520 = 10a + 20c
                                                             1.510 = 10a + 34c
                                                                  10 =         -14c
                                                                    c =           10        =   -0,71
                                                                                   -14
∑XY      =     b ∑X2
100         =     10b
   b          =     100       =10
                       10
760         =    5a    +   10c   ............. x 3,4
1.510      =    10a  +   34c
4.684      =   17a   +   34c
1.510      =   10a   +   34c
1.074      =     7a
    a          =    1.047      =   153,43
                         7
Persamaan tren parabola kuadrat              Y  =  a + bX + c(X)2
                                                                       =  153,43 + 10X – 0,71(X)2
Ramalan jualan tahun 2016                            = 153,43 + 10(3) – 0,71(3)2
                                                                        = 177,04 unit
Tabel serta perhitungan diatas menunjukkan bahwa persamaan dari tren parabola kuadrat y = a + bx + cx2 dengan a= 153,43, b= 10, c= 0,71, sehingga  telah dapat digunakan dalam menghitung peramalan penjualan untuk tahun 2016 dan seterusnya.
            Setelah melakukan perhitungan terhadap dua metode peramalan diatas, dilakukan perbandingan terhadap keduanya dengan melakukan perhitungan SKP atau Standar Kesalahan Peramalan agar dapat diketahui dan dibuktikan metode mana yang lebih cocok untuk digunakan dengan tingkat keakuratan yg lebih tinggi dan kesalahan yang paling rendah.
Berikut ini adalah perhitungan dari Standar Kesalahan Peramalan :
Perhitungan SKP untuk Metode Least Square
Tahun
 (Y)
X
A
bx
Y = A+bx (x)
(x-y)
(x-y) 2
2011
130
0
132
0
132 + 0 = 132
-2
4
2012
145
1
132
10
132 + 10 = 142
3
9
2013
150
2
132
20
132 + 20 = 152
-2
4
2014
165
3
132
30
132 + 30 = 162
3
9
2015
170
4
132
40
132 + 40 = 172
-2
4
760
10

100


30
Syarat ∑X ≠ 0
 =  = 5            
Tabel dan perhitungan diatas menujukkan bahwa Standar Kesalahan Peramalan dari metode Least Square adalah 5.           
Perhitungan SKP dengan Metode Parabola Kuadrat
Syarat ∑X = 0
- 2
        =
        = 2,23
Tabel dan perhitungan diatas menujukkan bahwa Standar Kesalahan Peramalan dari metode Parabola Kuadrat adalah 2,23.   
Kesimpulan:

Berdasarkan perhitungan, SKP metode least squares adalah 5 lebih besar dibanding metode kuadrat yaitu 2,23 maka metode yang dipilih untuk melakukan peramalan penjualan tahun 2016 dan tahun-tahun berikutnya adalah metode kuadrat karena SKP metode tersebut lebih kecil dibanding SKP metode least squares.

No comments:

Post a Comment

Comments system

Disqus Shortname

Powered by Blogger.