18 February 2016

Analisis Perencanaan dan Pengawasan Persediaan Menggunakan Metode EOQ - BAB IV

BAB IV

PEMBAHASAN


4.1       Gambaran Umum Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu, data penjualan bulan Januari 2014 sampai Desember 2014, data penjualan bulan Januari 2015 sampai Mei 2015 dan data kebutuhan tepung terigu dan telur bulan Januari 2015 sampai 2015. Penelitian ini juga membutuhkan data biaya pemesanan dan biaya material persediaan tahun 2014. Semua data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari Usaha Bolu Keyla.
Biaya-biaya yang digolongkan dalam biaya pemesanan tepung terigu dan telur adalah :
1.      Biaya telepon
2.      Biaya pengiriman
Biaya-biaya yang digolongkan dalam biaya material tepung terigu dan telur adalah :
1.      Biaya listrik
2.      Biaya depresiasi gudang
3.      Biaya asuransi gudang
4.      Biaya pemeliharaan gudang
5.      Biaya karyawan gudang

4.2       Peramalan Penjualan

Perusahaan ini perlu melakukan peramalan penualan untuk mengetahui jumlah kebutuhan tepung terigu dan telur yang digunakan oleh perusahaan ini pada untuk bulan Juni 2015 sampai bulan Desember 2015. Data peramalan kebutuhan tepung terigu dan telur ini akan digunakan dalam melakukan perhitungan manajemen persediaan. Metode yang digunakan dalam melakukan peramalan kebutuhan tepung terigu dan telur, yaitu least square (Garis Lurus) dan kuadrat (Garis Lengkung). Data yang digunakan dalam melakukan peramalan yaitu data penjualan bulan Januari 2014 sampai Desember 2014 dan bulan Januari sampai Mei 2015. Lalu, alat bantu yang digunakan dalam melakukan peramalan kebutuhan, yaitu software Microsoft Excel 2010.

4.2.1    Perhitungan Forecast Penjualan

            Dalam perhitungan permalan pada penelitian ini, digunakan dua metode yaitu metode Least Square dan metode Parabola Kuadrat. Setelah dilakukan perhitungan ke dua metode tersebut, dilakukan perhitungan Standar Kesalahan Peramalan (SKP) yang kemudian dilakukan perbanding dari ke dua metedo tersebut metode mana yang memiliki SKP terendah yang akan dipilih dalam melakukan perhitungan persediaan.

Berikut ini adalah tabel data penjualan perusahaan bulan Januari 2014 sampai Mei 2015 :
Tabel 4.1
Data Penjualan Perusahaan Periode Januari 2014 sampai Mei 2015
Bulan
Penjualan
(Buah)
Jan-14
864
Feb-14
825
Mar-14
738
Apr-14
741
Mei-14
705
Jun-14
750
Jul-14
975
Agust-14
875
Sep-14
900
Okt-14
825
Nop-14
750
Des-14
900
Jan-15
834
Feb-15
819
Mar-15
750
Apr-15
825
Mei-15
825
Total
13.901
Sumber : Usaha Bolu Keyla
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa penjualan setiap bulannya tidak sama. Penjualan tertinggi terlihat pada bulan Juli 2014 yaitu sebanyak 975 buah.

4.2.1.1 Perhitungan Forecast Metode Least Square dan Standar Kesalahan Peramalan

Berikut ini merupakan tabel data perhitungan peramalan penjualan menggunakan metode Least Square.
Tabel 4.2
Data Perhitungan Peramalan Penjualan Metode Least Square
N
Bulan
Y
X
X2
XY
1
Jan-14
864
0
0
0
2
Feb-14
825
1
1
825
3
Mar-14
738
2
4
1.476
4
Apr-14
741
3
9
2.223
5
Mei-14
705
4
16
2.820
6
Jun-14
750
5
25
3.750
7
Jul-14
975
6
36
5.850
8
Agust-14
875
7
49
6.125
9
Sep-14
900
8
64
7.200
10
Okt-14
825
9
81
7.425
11
Nop-14
750
10
100
7.500
12
Des-14
900
11
121
9.900
13
Jan-15
834
12
144
10.008
14
Feb-15
819
13
169
10.647
15
Mar-15
750
14
196
10.500
16
Apr-15
825
15
225
12.375
17
Mei-15
825
16
256
13.200
Total
13.901
136
1.496
111.824
    Sumber : Data Olahan

Keterangan :
Y = Penjualan Nyata
X = Variabel Bebas
X2 = Variabel X dikuadratkan

Y =  +  x
                      
 = 1,51



           
Sehingga diperoleh persamaan untuk ramalan penjualan :
Y =  +  x
Y =
            Sedangkan perhitungan untuk ramalan penjualan bulan Juni 2015 adalah :
Y =  +  x
Y =
Y =
Y = 831 Buah

Dari hasil perhitungan untuk peramalan penjualan pada bulan Juni tahun 2015 menggunakan metode least square, menggambarkan Y (ramalan penualan) untuk bulan Juni 2015 adalah sebanyak 831 buah. Dimana X pada bulan Juni tahun 2015 adalah 18, sedangkan nilai X untuk bulan Juli tahun 2015 sampai Desember 2015 adalah 19 - 24. Jika X = 0, maka Y akan bernilai sama dengan a.
Berikut ini adalah tabel perhitungan kebutuhan persediaan periode Juni 2015 sampai Desember 2015 :
Tabel 4.3
Perhitungan Peramalan Penjualan dan Anggaran Kebutuhan Persediaan Periode Juni 2015 – Desember 2015 Metode Least Square
Bulan
X
A
B
Y (Ramalan Penjualan)
Kebutuhan Persediaan
Tepung (Kilogram)
Telur (Butir)
Jun -15
18
805,63
1,51
833
250
4.164
Jul -15
19
805,63
1,51
834
250
4.172
Agus -15
20
805,63
1,51
836
251
4.179
Sept – 15
21
805,63
1,51
837
251
4.187
Okt – 15
22
805,63
1,51
839
252
4.194
Nov -15
23
805,63
1,51
840
252
4.202
Des - 15
24
805,63
1,51
842
253
4.209
Total
5.861,33
1.758
29.307
   Sumber : Data Olahan
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, terlihat bahwa peramalan penjualan menggunakan metode least square untuk bulan Juni tahun 2015 sebanyak 833 buah. Dari tabel 4.3 diatas juga dapat dilihat bahwa penjualan tiap - tiap bulan mengalami peningkatan. Dan dari tabel diatas, terlihat bahwa kebutuhan tepung terigu dan telur untuk bulan Juni 2015  Perhitungan dari kebutuhan tepung adalah jumlah penjualan dikalikan 0,3 Kilogram, karena untuk membuat 1 buah kue bolu dibutuhkan 0,3 Kilogram tepung. Demikian juga dengan perhitungan dari kebutuhan telur dikaliakan 5 butir, karena untuk membuat 1 buah kue bolu dibutuhkan 5 butir telur.
Berikut ini merupakan tabel data perhitungan standar kesalahan peramalan penjualan menggunakan metode Least Square.

Tabel 4.4
Perhitungan Standar Kesalahan Peramalan Penjualan Metode Least Square
N
Bulan
Y
X
a
Bx
yI
(y-yI)
(y-yI) 2
1
Jan-14
864
0
805,63
0,00
805,63
58,37
3.407,35
2
Feb-14
825
1
805,63
1,51
807,14
17,86
319,08
3
Mar-14
738
2
805,63
3,02
808,65
-70,65
4.991,01
4
Apr-14
741
3
805,63
4,53
810,16
-69,16
4.782,67
5
Mei-14
705
4
805,63
6,04
811,67
-106,67
11.377,78
6
Jun-14
750
5
805,63
7,55
813,18
-63,18
3.991,27
7
Jul-14
975
6
805,63
9,06
814,69
160,31
25.700,49
8
Agust-14
875
7
805,63
10,57
816,20
58,80
3.457,90
9
Sep-14
900
8
805,63
12,08
817,71
82,29
6.772,32
10
Okt-14
825
9
805,63
13,59
819,22
5,78
33,46
11
Nop-14
750
10
805,63
15,10
820,73
-70,73
5.002,09
12
Des-14
900
11
805,63
16,61
822,24
77,76
6.047,35
13
Jan-15
834
12
805,63
18,12
823,75
10,25
105,16
14
Feb-15
819
13
805,63
19,63
825,25
-6,25
39,12
15
Mar-15
750
14
805,63
21,14
826,76
-76,76
5.892,82
16
Apr-15
825
15
805,63
22,65
828,27
-3,27
10,72
17
Mei-15
825
16
805,63
24,16
829,78
-4,78
22,89
Total
13901
136


13.901
0
81.953,49
 Sumber : Data Olahan
SKP = 
SKP = 
SKP =
SKP = 73,92
Berdasarkan perhitungan di atas, maka nilai Standar Kesalahan Peramalan (SKP) untuk peramalan penjualan periode Januari 2014 – Mei 2015 menurut metode Least Square yaitu 73,92.

4.2.1.2 Perhitungan Forecast Metode Parabola Kuadrat dan Standar Kesalahan Peramalan

Berikut ini merupakan tabel data perhitungan peramalan penjualan menggunakan metode Parabola Kuadrat.


Tabel 4.5
Data Perhitungan Peramalan Penjualan Metode Parabola Kuadrat

N
Bulan
Y
X
X2
XY
X2Y
X4
1
Jan-14
864
-8
64
-6.912
55.296
4.096
2
Feb-14
825
-7
49
-5.775
40.425
2.401
3
Mar-14
738
-6
36
-4.428
26.568
1.296
4
Apr-14
741
-5
25
-3.705
18.525
625
5
Mei-14
705
-4
16
-2.820
11.280
256
6
Jun-14
750
-3
9
-2.250
6750
81
7
Jul-14
975
-2
4
-1.950
3.900
16
8
Agust-14
875
-1
1
-875
875
1
9
Sep-14
900
0
0
0
0
0
10
Okt-14
825
1
1
825
825
1
11
Nop-14
750
2
4
1.500
3.000
16
12
Des-14
900
3
9
2.700
8.100
81
13
Jan-15
834
4
16
3.336
13.344
256
14
Feb-15
819
5
25
4.095
20.475
625
15
Mar-15
750
6
36
4.500
27.000
1.296
16
Apr-15
825
7
49
5.775
40.425
2.401
17
Mei-15
825
8
64
6.600
52.800
4.096
Total
13.901
0
408
616
329.588
17.544


∑Y       =  na       +  c ∑X2                          13.901    =  17 a  + 408c   .......... x24
∑X2Y   = a ∑X2 +   c ∑X4                    329.588  = 408 a + 17.544 c .......... x1
Syarat ∑X = 0                                     333.624  = 408 a + 9792   c
                                                            329.588  = 408 a + 17.544 c
                                                            4.036      = - 7.752 c
                                                            c             =  C
                                                            c             =  - 0,52
13.901 =  17 a  + 408c
13.901 = 17 a + 408 (-0,52)
4.400   = 17 a + -212,42
-17 a    = - 14.113,42
a          =
a          = 830,20

∑XY      =     b ∑X2
616        =     408b
   b          =     616
                      408
    b         =    1,51

Sehingga diperoleh persamaan untuk ramalan penjualan :
Y =  +  x + cx2

Y = 2

Sedangkan perhitungan untuk ramalan penjualan bulan Juni 2015 adalah :
Y =  +  x + cx2
Y =
Y =
Y =  801, 8 Buah
Dari hasil perhitungan untuk peramalan penjualan pada bulan Juni tahun 2015 menggunakan metode Parabola Kuadrat, menggambarkan Y (ramalan penualan) untuk bulan Juni 2015 adalah sebanyak 802 buah. Dimana X pada bulan Juni tahun 2015 adalah 9, sedangkan nilai X untuk bulan Juli tahun 2015 sampai Desember 2015 adalah 10 - 15.
Tabel 4.6
Perhitungan Peramalan Penjualan dan Anggaran Kebutuhan Persediaan Periode Juni 2015 – Desember 2015 Metode Parabola Kuadrat
Bulan
X
x2
a
bx
cx2
y
Kebutuhan Persediaan
Tepung
Telur
Jun-15
9
81
830,20
13,59
-42,17
802
240
4.008
Jul-15
10
100
830,20
15,10
-52,06
793
238
3.966
Agust-15
11
121
830,20
16,61
-63,00
784
235
3.919
Sep-15
12
144
830,20
18,12
-74,97
773
232
3.867
Okt-15
13
169
830,20
19,63
-87,99
762
229
3.809
Nop-15
14
196
830,20
21,14
-102,05
749
225
3.746
Des-15
15
225
830,20
22,65
-117,14
736
221
3.679
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan tabel 4.6 diatas terlihat bahwa, peramalan penjualan menggunakan metode parabola kuadrat untuk bulan Juni tahun 2015 sebanyak 802 buah. Perhitungan dari kebutuhan tepung adalah jumlah penjualan dikalikan 0,3 Kilogram, karena untuk membuat 1 buah kue bolu dibutuhkan 0,3 Kilogram tepung. Demikian juga dalam perhitungan dari kebutuhan telur dikaliakn 5 butir, karena untuk membuat 1 buah kue bolu dibutuhkan 5 butir telur.
Berikut ini merupakan tabel data perhitungan standar kesalahan peramalan penjualan menggunakan metode parabola kuadrat :
Tabel 4.7
Perhitungan Standar Kesalahan Peramalan Penjualan Metode Parabola Kuadrat
N
Bulan
Y
X
X2
XY
X2Y
X4
a
bx
cx2
yI
( y-yI )
(y-yI) 2
1
Jan-14
864
-8
64
-6.912
55.296
4.096
830,20
-12,08
-33,32
784,80
79,20
6.272,35
2
Feb-14
825
-7
49
-5.775
40.425
2.401
830,20
-10,57
-25,51
794,12
30,88
953,50
3
Mar-14
738
-6
36
-4.428
26.568
1.296
830,20
-9,06
-18,74
802,40
-64,40
4.147,28
4
Apr-14
741
-5
25
-3.705
18.525
625
830,20
-7,55
-13,02
809,64
-68,64
4.710,93
5
Mei-14
705
-4
16
-2.820
11.280
256
830,20
-6,04
-8,33
815,83
-110,83
12.283,68
6
Jun-14
750
-3
9
-2.250
6.750
81
830,20
-4,53
-4,69
820,99
-70,99
5.039,02
7
Jul-14
975
-2
4
-1.950
3.900
16
830,20
-3,02
-2,08
825,10
149,90
22.470,29
8
Agust-14
875
-1
1
-875
875
1
830,20
-1,51
-0,52
828,17
46,83
2.192,97
9
Sep-14
900
0
0
0
0
0
830,20
0,00
0,00
830,20
69,80
4.871,87
10
Okt-14
825
1
1
825
825
1
830,20
1,51
-0,52
831,19
-6,19
38,32
11
Nop-14
750
2
4
1.500
3.000
16
830,20
3,02
-2,08
831,14
-81,14
6.583,42
12
Des-14
900
3
9
2.700
8.100
81
830,20
4,53
-4,69
830,04
69,96
4.893,72
13
Jan-15
834
4
16
3.336
13.344
256
830,20
6,04
-8,33
827,91
6,09
37,09
14
Feb-15
819
5
25
4.095
20.475
625
830,20
7,55
-13,02
824,73
-5,73
32,88
15
Mar-15
750
6
36
4.500
27.000
1.296
830,20
9,06
-18,74
820,52
-70,52
4.972,65
16
Apr-15
825
7
49
5.775
40.425
2.401
830,20
10,57
-25,51
815,26
9,74
94,90
17
Mei-15
825
8
64
6.600
52.800
4.096
830,20
12,08
-33,32
808,96
16,04
257,32
Total
13.901
0
408
616
329.588
17.544
14.113,42
0
-212,42
13.901,00
0
79.852,19
                     
SKP = 
SKP = 
SKP =
SKP = 72,96
Berdasarkan perhitungan di atas, maka nilai Standar Kesalahan Prediksi (SKP) untuk peramalan penjualan periode Januari 2014 – Mei 2015 menurut metode parabola kuadrat yaitu 72,96.
            Dari dua perhitungan peramalan penjualan diatas dan juga berdasarkan perhitungan standar kesalahan peramalan. Maka metode yang digunakan adalah metode parabola kuadrat karena metode parabola kuadrat memiliki nila standar kesealahan yang paling rendah yaitu 72,96 dibandingkan standar kesalahan peramalan metode lest square yaitu 73,92.

4.3       Kebutuhan Persediaan Bahan Baku

4.3.1    Kebutuhan  Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu

Dalam memproduksi kue bolu, Usaha Bolu Keyla membutuhkan tepung terigu rata-rata dalam satu hari, yaitu 7 - 9 kilogram. Perusahaan ini mendapatkan tepung terigu dari supplier dengan harga normal, yaitu Rp 160.000 per karung. Per karungnya tepung terigu berisi 25 kilogram tepung terigu. Rata-rata jarak waktu antara pemesanan dan penerimaan tepung terigu, yaitu 1 hari. Berikut ini adalah data kebutuhan tepung terigu bulan Januari 2015 sampai Mei 2015 :
Tabel 4.8
Kebutuhan Tepung Terigu (Kilogram) Bulan Januari 2015 sampai Bulan Mei 2015
Bulan
Tepung Terigu (Kilogram)
Jan-15
250
Feb-15
246
Mar-15
225
Apr-15
248
Mei-15
248
Total
1.216
Rata-rata
243
                                      Sumber : Usaha Bolu Keyla
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dapat diketahui bahwa total kebutuhan tepung terigu dari bulan Januari 2015 sampai bulan Mei 2015 adalah 1.216 kilogram dan rata-rata kebutuhan perbulannya adalah 243 kilogram. Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan ini dalam hal manajemen persediaan tepung terigu yaitu, pada saat melakukan pemesanan bahan baku, perusahaan ini memesan 200 kilogram tepung terigu tiap melakukan satu kali pemesanan. Kemudian perusahaan ini tidak memiliki adanya persediaan antisipasi dan tidak adanya titik pemesanan kembali.

4.3.2    Kebutuhan Persediaan Bahan Baku Telur

Dalam memproduksi kue bolu, Usaha Bolu Keyla membutuhkan telur rata-rata dalam satu hari, yaitu 140 - 170 butir telur. Perusahaan ini mendapatkan telur itu dari supplier dengan harga normal, yaitu Rp 1.000 per butir. Rata-rata jarak waktu antara pemesanan dan penerimaan tepung terigu, yaitu 2 hari. Berikut ini adalah data kebutuhan telur bulan Januari 2015 sampai bulan Mei 2015.
Tabel 4.9
Kebutuhan Telur (Butir) Bulan Januari 2015 sampai Bulan Mei 2015
Bulan
Telur(Butir)
Jan-15
4.170
Feb-15
4.095
Mar-15
3.750
Apr-15
4.125
Mei-15
4.125
Total
20.265
Rata-rata
4.053
   Sumber : Usaha Bolu Keyla
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, dapat diketahui bahwa total kebutuhan telur dari bulan Januari 2015 sampai bulan Mei 2015 adalah 20.265 butir dan rata-rata kebutuhan perbulan adalah 4.053 butir. Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan ini dalam hal manajemen persediaan telur yaitu, pada saat melakukan pemesanan bahan baku, perusahaan ini memesan 3000 butir telur tiap melakukan satu kali pemesanan. Kemudian perusahaan ini tidak memiliki adanya persediaan antisipasi dan tidak adanya titik pemesanan kembali.

4.3.3    Ringkasan Kebutuhan Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu dan Telur tahun 2015

            Setelah dilakukan perhitungan peramalan untuk mengetahui kebutuhan bahan baku tepung terigu dan telur bulan Juni 2015 sampai bulan Desember 2015, maka didapatkan hasil bahwa kebutuhan bahan baku untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10
Ringkasan Kebutuhan Bahan Baku Tahun 2015
Bulan
Bahan Baku
Tepung Terigu (kilogram)
Telur (Butir)
Jan-15
250
4.170
Feb-15
246
4.095
Mar-15
225
3.750
Apr-15
248
4.125
Mei-15
248
4.125
Jun-15
240
4.008
Jul-15
238
3.966
Agust-15
235
3.919
Sep-15
232
3.867
Okt-15
229
3.809
Nop-15
225
3.746
Des-15
221
3.679
Total
2.836
47.259
Rata-rata
236
3.938
Max
250
4.170
Min
221
3.679
                        Sumber : Data Olahan
Tabel 4.11 di atas menjelaskan bahwa kebutuhan tepung terigu dan telur tiap bulannya pada tahun 2015 tidak konstan dalam satu tahun. Jumlah rata-rata kebutuhan tepung terigu dan telur yang dibutuhkan oleh perusahaan ini untuk tiap bulannya yaitu 236 kilogram tepung terigu dan 3.938 butir telur. Total kebutuhan tepung terigu yang dibutuhkan perusahaan pada tahun 2015 yaitu 2.836 kilogram dan total kebutuhan telur yang dibutuhkan perusahaan pada tahun 2015 yaitu 47.259 butir telur. Selama ini perusahaan memesan persediaan tepung terigu adalah 200 kilogram per sekali pesan sehingga untuk tahun 2015 perusahaan memesan tepung terigu sebanyak 14 kali (2.836 kilogram : 200 = 14) sedangkan untuk kebutuhan persediaan telur, perusaan selama ini memesan persediaan telur dengan jumlah 3.000 butir untuk setiap kali pesan sehingga untuk tahun 2015 perusahaan memesan telur sebanyak 16 kali (47.259 : 3.000 = 16).

4.4       Biaya Persediaan

4.4.1    Biaya Pemesanan

            Dalam biaya pemesanan, ada biaya telpon dan biaya pengirimana barang. Khusus biaya telpon harus dialokasikan terlebih dahulu karena telepon yang digunakan dalam memesan tepung terigu dan telur adalah sama. Biaya telepon yang dikeluarkan perusahaan dalam tahun adalah Rp 800.00. Berikut ini adalah perhitungan biaya alokasi telepon  untuk ke dua perusahaan berdasarkan frekuensi perusahan:
Tabel 4.11
Perhitungan Alokasi Biaya Telepon per Bahan Baku
Bahan Baku
Frekuensi Pemesanan (1)
Total Pemesanan (2)
Biaya Telepon (3)
Biaya untuk 1 Bahan Baku per tahun
(4) = (((1)/(2)) x (3)))
Tepung Terigu
14
30
Rp    800.000
 Rp    378.947
Telur
16
30
 Rp    800.000
 Rp    421.053
Total

 Rp    800.000
Tabel 4.12 diatas menjelaskan bahwa untuk alokasi biaya telepon pemesanan tepung terigu untuk satu tahun adalah Rp 378.946 sedangkan untuk alokasi biaya telepon pemesanan telur untuk satu tahun adalah Rp 421.053.

4.4.1.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku Tepung Terigu dan Telur

Setelah biaya yang harus dialokasikan dilakukan perhitungan pengalokasian, maka didapatkan biaya pemesanan persediaan per persediaan. Berikut ini adalah tabel biaya pemesanan untuk bahan baku tepung terigu :
Tabel 4.12
Biaya Pemesanan Bahan Baku Tepung Terigu
Jenis Biaya (1)
Biaya/Tahun (2)
Frekuensi (3)
Biaya/Pesan
(4)= (2)/(3)
Biaya Telepon
 Rp         378.947
14
 Rp      26.728
Biaya Pengiriman
 Rp         250.000
14
 Rp      17.634
Total
 Rp         628.947

 Rp      44.362
Sumber : Data Olahan
Tabel 4.13 diatas menjelaskan bahwa untuk setiap kali pemesanan bahan baku tepung terigu perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp 44.362.
Berikut ini adalah tabel biaya pemesanan untuk bahan baku telur :
Tabel 4.13
Biaya Pemesanan Bahan Baku Telur
Jenis Biaya (1)
Biaya/Tahun (2)
Frekuensi (3)
Biaya/Pesan
(4) = (2)/(3)
Biaya Telepon
 Rp                    421.053
16
Rp         26.728
Biaya Pengiriman
Rp                    750.000
16
Rp         47.610
Total
 Rp                 1.171.053

 Rp        74.338
Sumber : Data Olahan
Tabel 4.14 diatas menjelaskan bahwa untuk setiap kali pemesanan bahan baku telur perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp 74.338.

4.4.2    Biaya Material

Biaya material persediaan menurut Hansen dan Mowen (208:2008) adalah biaya-biaya untuk menyimpan persediaan. Dalam usaha bolu keyla, biaya yang dikeluarkan dalam menyimpan persediaannya terdiri dari biaya listrik, biaya asuransi gudang, biaya depresiasi gudang, biaya pemeliharaan gudang dan biaya karyawan gudang. Dalam menyimpan persediaan tepung terigu dan telur, perusahaan membedakan tempat penyimpanannya. Oleh karena itu, biaya listrik, biaya asuransi gudang dan biaya karyawan gudang harus di alokasikan terlebih dahulu karena perusahaan mempaketkan asuransi gudang dan karyawann gudang dalam satu paket pembiayaan. Sedangkan untuk listrik, ke dua gudang penyimpanan tersebut dialiri oleh satu aliran listrik yang sama. Namun, biaya depresiasi dan biaya pemeliharaan gudang tidak dalam satu paket. Dikarenakan itu merupakan paketan per satuan biaya masing-masing gudang Biaya listrik yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun adalah Rp 8.000.000, biaya asuransi dalam satu tahun adalah Rp 3.000.000 dan biaya karyawan gudang adalah Rp 3.500.000. Untuk satu tahun perusahaan membutuhkan 2.836 kilogram tepung dan 47.259 butir telur, sehingga total persediaan adalah sebesar 50.095. Berikut ini adalah perhitungan alokasi biaya untuk biaya listrik, biaya asuransi dan biaya karyawan gudang untuk ke dua persediaan berdasarkan jumlah persediaan dalam satu tahun:
Tabel 4.14
Alokasi Biaya Listrik
Bahan Baku
Persediaan (1)
Total Persediaan (2)
Biaya (3)
Biaya untuk 1 Bahan Baku per tahun
(4) = ((1/2) x (3))
Tepung Terigu
2.836
50.095
Rp   8.000.000
 Rp            452.830
Telur
47.259
50.095
 Rp  8.000.000
 Rp         7.547.170
Total

 Rp         8.000.000
Sumber : Data Olahan
Tabel 4.15 diatas menjelaskan bahwa untuk alokasi biaya listrik persediaan tepung terigu untuk satu tahun adalah Rp 452.830 sedangkan untuk alokasi biaya listrik persediaan telur untuk satu tahun adalah Rp 7.547.170.
Tabel 4.15
Alokasi Biaya Asuransi Gudang
Bahan Baku
Persediaan (1)
Total Persediaan (2)
Biaya (3)
Biaya untuk 1 Bahan Baku per tahun
(4) = ((1)/(2))x(3))
Tepung Terigu
2.836
50.095
Rp  3.000.000
 Rp               169.811
Telur
47.259
50.095
Rp  3.000.000
 Rp            2.830.189
Total

 Rp            3.000.000
Sumber : Data Olahan
Tabel 4.16 diatas menjelaskan bahwa untuk alokasi biaya asuransi gudang persediaan tepung terigu untuk satu tahun adalah Rp 169.811 sedangkan untuk alokasi biaya asuransi persediaan telur untuk satu tahun adalah Rp 2.830.189.


Tabel 4.16
Alokasi Biaya Karyawan Gudang
Bahan Baku
Persediaan (1)
Total Persediaan (2)
Biaya (3)
Biaya untuk 1 Bahan Baku per tahun
(4) = ((1)/(2)) x (3))
Tepung Terigu
2.836
50.095
 Rp       3.500.000
 Rp                     198.113
Telur
47.259
50.095
 Rp       3.500.000
 Rp                    3.301.887
Total

 Rp                    3.500.000
Sumber : Data Olahan
Tabel 4.17 diatas menjelaskan bahwa untuk alokasi biaya karyawan gudang persediaan tepung terigu untuk satu tahun adalah Rp 198.113 sedangkan untuk alokasi biaya karyawan gudang persediaan telur untuk satu tahun adalah Rp 3.301.887.

4.4.2.1 Biaya Material Bahan Baku Tepung Terigu dan Telur

Setelah biaya yang harus dialokasikan dilakukan perhitungan pengalokasian, maka didapatkan biaya material persediaan per jenis persediaan. Berikut ini adalah tabel biaya material untuk bahan baku tepung terigu :
Tabel 4.17
Biaya Material Bahan Baku Tepung Terigu
Jenis Biaya (1)
Biaya/Tahun (2)
Persediaan (3)
Biaya/Unit/Tahun (4) = (2)/(3)
Biaya Listirk
 Rp      452.830
2.836
 Rp              160
Biaya Asuransi Gudang
 Rp      169.811
2.836
 Rp                60
Biaya Depresiasi Gudang
 Rp   1.500.000
2.836
 Rp               528
Biaya Pemeliharaan Gudang
 Rp   3.000.000
2.836
 Rp             1.058
Biaya Karyawan Gudang
 Rp     198.113
2.836
 Rp                  70
Total
 Rp  5.320.755

 Rp             1.876
Sumber : Data Olahan
Tabel 4.18 diatas menjelaskan bahwa untuk satu tahun perusahaan mengeluarkan biaya material persediaan bahan baku tepung terigu sebesar Rp 1.876 per kilogram tepung terigu.
Berikut ini adalah tabel biaya material untuk bahan baku tepung terigu :
Tabel 4.18
Biaya Material Bahan Baku Telur
Jenis Biaya (1)
Biaya/Tahun (2)
Persediaan (3)
Biaya/Unit/Tahun (4) = (2)/(3)
Biaya Listirk
 Rp    7.547.170
47.259
 Rp              160
Biaya Asuransi Gudang
 Rp     2.830.189
47.259
 Rp               60
Biaya Depresiasi Gudang
 Rp     1.500.000
47.259
 Rp               32
Biaya Pemeliharaan Gudang
 Rp     3.000.000
47.259
 Rp               63
Biaya Karyawan Gudang
 Rp     3.301.887
47.259
 Rp               70
Total
 Rp   18.179.245

 Rp              385
Sumber : Data Olahan
Tabel 4.19 diatas menjelaskan bahwa untuk satu tahun perusahaan mengeluarkan biaya material persediaan bahan baku telur sebesar Rp 385 per butir telur.

4.5       Perhitungan Manajemen Persediaan

            Berikut ini adalah data-data yang dibutuhkan dalam melakukan perhitungan manajemen persediaan :
1.      Jumlah Kebutuhan Persediaan (D)
a.       Tepung Terigu = 2.836 kilogram, angka ini didapatkan dari total kebutuhan persediaan bulan Januari 2015 sampai bulan Mei 2015 (1.216 kilogram) ditambahkan dengan peramalan kebutuhan persediaan bulan Juni 2015 sampai bulan Desember 2015 (1.620 kilogram).
b.      Telur = 47.259 butir, angka ini didapatkan dari total kebutuhan persediaan bulan Januari 2015 sampai bulan Mei 2015 (20.265 butir) ditambahkan  dengan peramalan kebutuhan bulan Juni 2015 sampai bulan Desember 2015 (26.994 butir).
2.      Biaya Pemesanan per Sekali Pemesanan (P)
a.       Tepung Terigu = Rp 44.362, angka ini didapatkan dari tabel perhitungan biaya pemesanan tepung terigu.
b.      Telur = Rp 74.338, angka ini didapatkan dari tabel perhitungan biaya pemesanan telur.
3.      Biaya Material Bahan Baku per Unit per Tahun (C)
a.       Tepung Terigu = Rp 1.876, angka ini didapatan dari table perhitungan biaya material persediaan bahan baku tepung terigu.
b.      Telur = Rp 385, angka ini didapatan dari tabel perhitungan biaya material persediaan bahan baku tepung terigu.
4.      Penggunaan Maksimal Perhari(Maximal Usage)
a.       Tepung Terigu = 10 Kilogram, data ini didapat dari wawancara dengan perusahaan.
b.      Telur = 200 butir, data ini didapat dari wawancara dengan perusahaan.
5.      Rata-rata Penggunaan Perhari (Average Usage)
a.       Tepung Terigu = 8 Kilogram, data ini didapat dari wawancara dengan perusahaan.
b.      Telur = 150 butir, data ini didapat dari wawancara dengan perusahaan
6.      Waktu Tunggu Datangnya Persediaan (Lead Time)
a.       Tepung Terigu = 1 hari, data ini didapat dari wawancara dengan perusahaan.
b.      Telur = 2 hari, data ini didapat dari wawancara dengan perusahaan.

4.5.1    Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ)

4.5.1.1 Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) Persediaan Tepung Terigu

Berikut ini merupakan hasil perhitungan untuk mengetahui economic order quantity tepung terigu :
EOQ    =
EOQ    =
EOQ    = 366 Kilogram
Frekuensi pemesanan = 2.836 kilogram   x  1 kali
                                        366 kilogram          
Frekuensi pemesanan = 8 Kali

Perhitungan di atas menunjukkan bahwa economic order quantity persediaan tepung terigu, yaitu 366 kilogram. Sedangkan jumlah kuantitas pemesanan yang dilakukan perusahaan saat ini lebih kecil dari pada perhitungan EOQ, yaitu 200 Kilogram per sekali pesan. Dengan ini, maka untuk setahun perusahaan memesan sebanyak 8 kali, lebih sedikit dibandingkan yang perusahaan terapkan dengan 200 kilogram per sekali pesan, yaitu 14 kali (frekuensi pemesanan perusahaan = 2.836 kilogram/200 kilogram).

4.5.1.2 Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) Persediaan Telur

Berikut ini merupakan hasil perhitungan untuk mengetahui economic order quantity telur :
EOQ    =
EOQ    =
EOQ    = 4.274 Butir
Frekuensi pemesanan = 47.259 Butir    x  1 kali
                                        4.274 Butir 
Frekuensi pemesanan = 11 Kali

Perhitungan di atas menunjukkan bahwa economic order quantity persediaan telur, yaitu 4.274 butir. Sedangkan jumlah kuantitas pemesanan yang dilakukan perusahaan saat ini lebih kecil dari pada perhitungan EOQ, yaitu 3.000 butir per sekali pesan. Dengan ini, maka untuk setahun perusahaan memesan sebanyak 11 kali, lebih sedikit dibandingkan yang perusahaan terapkan dengan 3.000 butir per sekali pesan, yaitu 16 kali (frekuensi pemesanan perusahaan = 47.259 butir/3.000 butir).
            Jumlah pemesanan yang dilakukan perusahaan yaitu 200 kilogram per sekali pesan untuk bahan baku tepung terigu dan 3.000 butir per sekali pesan untuk bahan baku telur adalah kuantitas pemesanan per sekali pesan yang tetapkan oleh perusahaan selama ini.

4.5.2    Perhitungan Safety Stock (SS)

4.5.2.1 Perhitungan Safety Stock (SS) Persediaan Tepung

            Berikut ini merupakan hasil perhitungan untuk mengetahui safety stock tepung terigu :
SS        = (Maximum Usage –Average Usage) x lead time
SS        = (10-8) x 1
SS        = 2 x 1
SS        = 2 Kilogram
Perhitungan di atas menunjukkan safety stock tepung terigu, yaitu 2 kilogram. Sedangkan selama ini perusahaan tidak menentukan besarnya safety stock yang harus disediakan di gudang.

4.5.2.2 Perhitungan Safety Stock (SS) Persediaan Telur

Berikut ini merupakan hasil perhitungan untuk mengetahui safety stock persediaan telur :
SS        = (Maximum Usage –Average Usage) x lead time
SS        = (200-150) x 2
SS        = 50 x 2
SS        = 100 Butir
Perhitungan di atas menunjukkan safety stock telur, yaitu 100 butir. Sedangkan selama ini perusahaan tidak menentukan besarnya safety stock yang harus disediakan di gudang.

4.5.3    Perhitungan Reorder Point (ROP)

4.5.3.1 Perhitungan Reorder Point (ROP) Persediaan Tepung Terigu

Berikut ini merupakan hasil perhitungan untuk mengetahui reorder point persediaan tepung terigu :
ROP     = (Average Usage x Lead Time) + Safety Stock
ROP     = (8 x 1) + 2
ROP     = 10 Kilogram
Perhitungan di atas menunjukkan reorder point tepung terigu, yaitu 12 kilogram. Jumlah ini termasuk penambahan dengan jumlah safety stock yang didapatkan dari perhitungan safety stock sebelumnya. Titik pemesanan kembali yang ditetapkan oleh perusahaan saat ini, yaitu 0 karung.

4.5.3.2 Perhitungan Reorder Point (ROP) Persediaan Telur

Berikut ini merupakan hasil perhitungan untuk mengetahui reorder point persediaan telur:
ROP     = (Average Usage x Lead Time) + Safety Stock
ROP     = (150 x 2) + 100
ROP     = 400 Butir
Perhitungan di atas menunjukkan reorder point telur, yaitu 400 butir. Jumlah ini termasuk penambahan dengan jumlah safety stock yang didapatkan dari perhitungan safety stock sebelumnya. Titik pemesanan kembali yang ditetapkan oleh perusahaan saat ini, yaitu 0 butir.

4.6       Total Biaya Persediaan

Berikut ini merupakan data yang akan digunakan dalam perhitungan total biaya persediaan 2015.
1.      Jumlah Kebutuhan Persediaan (D)
a.       Tepung Terigu = 2.836 kilogram, angka ini didapatkan dari total kebutuhan persediaan bulan Januari 2015 sampai bulan Mei 2015 (1.216 kilogram) ditambahkan dengan peramalan kebutuhan bulan Juni 2015 sampai bulan Desember 2015 (1.620 kilogram).
b.      Telur = 47.259 butir, angka ini didapatkan dari total kebutuhan persediaan bulan Januari 2015 sampai bulan Mei 2015 (20.265 butir) ditambahkan dengan peramalan kebutuhan bulan Juni 2015 sampai bulan Desember 2015 (26.994 butir).
2.      Biaya Pemesanan per Sekali Pemesanan (P)
a.       Tepung Terigu = Rp 44.362, angka ini didapatkan dari tabel perhitungan biaya pemesanan tepung terigu.
b.      Telur = Rp 74.338, angka ini didapatkan dari tabel perhitungan biaya pemesanan telur.
3.      Biaya Material Bahan Baku per Unit per Tahun (C)
a.       Tepung Terigu = Rp 1.876, angka ini didapatan dari tabel perhitungan biaya material persediaan bahan baku tepung terigu.
b.       Telur = Rp 385, angka ini didapatan dari tabel perhitungan biaya material persediaan bahan baku tepung terigu.
4.      Kuantitas Pemesanan
                    i.            Economic Order Quantity (Q)
a.       Tepung Terigu = 366 Kilogram, angka ini didapatkan dari  perhitungan 4.5.1.1.
b.      Telur = 4.274 butir, angka ini didapatkan dari perhitungan 4.5.1.2.
                  ii.            Perusahaan
a.       Tepung terigu = 200 kilogram, angka ini didapatkan dari wawancara dengan perusahaan
b.      Telur = 3.000 butir, angka ini didapatkan dari wawancara dengan perusahaan

4.6.1    Total Biaya Persediaan Tepung Terigu

Rumus yang digunakan :    TC =
Tanpa menggunakan EOQ

TC =

TC = Rp  629.053 + Rp  187.600

TC = Rp     816.653

Dalam 1 tahun, frekuensi pemesanan perusahaan adalah 14, sehingga total biaya persediaan yang perusahaan keluarkan dalam 1 tahun adalah Rp  816.653 x 14 = Rp  11.433.142

Menggunakan EOQ
TC =
TC = Rp 343.745 + Rp 343.308
TC = Rp     687.053
Dalam 1 tahun, frekuensi pemesanan menurut eoq adalah 8 kali, sehingga total biaya persediaan yang perusahaan keluarkan dalam 1 tahun adalah Rp 687.076 x 8 = Rp 5.496.424

4.6.2    Total Biaya Persediaan Telur

Rumus yang digunakan :    TC =
Tanpa Menggunakan EOQ
TC =
TC = Rp  1.171.046  +  Rp  577.500
TC = Rp     1.748.546
Dalam 1 tahun, frekuensi pemesanan perusahaan adalah 16 kali, sehingga total biaya persediaan yang perusahaan keluarkan dalam 1 tahun adalah Rp  1.748.546 x 16 = Rp  27.976.736

Menggunakan EOQ

TC =
TC = Rp  821.979 + Rp  822.745
TC = Rp     1.644.724
Dalam 1 tahun, frekuensi pemesanan menurut eoq adalah 11 kali, sehingga total biaya persediaan yang perusahaan keluarkan dalam 1 tahun adalah Rp 1.644.724 x 11 = Rp  18.091.964.

4.6.3    Perbandingan Total Biaya Persediaan

            Berikut ini merupakan tabel perbandingan total biaya persediaan tepung terigu dan telur :
Tabel 4.19
Perbandingan Total Biaya Persediaan Tepung Terigu dan Telur
Sumber : Data Olahan

Tabel 4.20 di atas menunjukkan bahwa total biaya persediaan tepung terigu dan telur menurut perusahaan ini lebih besar dari pada total biaya persediaan tepung terigu dan telur menurut EOQ. Total biaya persediaan tepung terigu menurut perusahaan yaitu Rp 11.433.142 dan telur menurut perusahaan yaitu Rp 27.976.736. Lalu, total biaya persediaan tepung terigu menurut EOQ Rp 5.494.424 dan telur menurut eoq yaitu Rp 18.091.964. Hal ini dapat disimpulkan bahwa EOQ dapat melakukan total penghematan persediaan tepung terigu sebesar Rp 5.936.718 (52 %) dan persediaan telur sebesar Rp 9.884.772 (35 %). Oleh karena itu, eoq dapat memberikan solusi dalam hal penghematan total biaya persediaan dari pada yang selama ini perusahaan terapkan.

No comments:

Post a Comment