Tujuh tahun, tujuh episode.
Dari patah hati hingga pernikahan.
Dari kamar rumah di kampung, ke kontrakan sempit di ibu kota, lalu ke rumah kecil yang mulai terasa seperti rumah sungguhan.
Dari Tiga Cerita Cinta.
Prapto tak pernah benar-benar tahu ke mana hidup akan membawanya.
Tapi ia berjalan juga, meski sering kali ragu.
Ia jatuh. Terluka.
Tapi selalu berdiri lagi.
Dan pada akhirnya, bukan siapa yang datang atau pergi yang paling penting.
Tapi siapa yang memilih untuk tinggal.
Bersama dalam diam, dalam tawa kecil, dalam pertengkaran, dalam doa panjang.
27 tahun.
Prapto tidak lagi sibuk mencari arti dari semua luka.
Ia sudah cukup tahu bahwa tidak semua luka harus dijelaskan.
Ada yang cukup dikenang.
Ada yang cukup dimaafkan—terutama pada diri sendiri.
Ia tidak menjadi siapa-siapa.
Tidak mengejar sorotan, tidak juga ingin dikenang dengan gegap gempita.
Tapi kini, di usia yang tidak muda lagi, ia mulai damai dengan jalan hidupnya.
Menikah di tengah pandemi bukan akhir cerita.
Tapi bagi Prapto, itu adalah pulangnya ia ke dirinya sendiri.
Dan siapa sebenarnya Prapto?
Prapto bukan tokoh rekaan.
Ia hanyalah nama samaran, topeng tipis yang membungkus perjalanan nyata seseorang yang pernah merasa hilang arah.
Yang tumbuh perlahan dari kekacauan dan sepi.
Yang memutuskan untuk hidup pelan-pelan, menerima dirinya, dan memilih tenang.
Mungkin kau mengenalnya.
Atau mungkin... kau sedang menjadi dia.
Terima kasih sudah mengikuti cerita ini.
Untuk semua sunyi yang pernah singgah,
untuk cinta yang datang tanpa perlu dijemput,
dan untuk waktu yang diam-diam menyembuhkan segalanya.
Cerita ini selesai.
Tapi hidup, seperti biasa, terus berjalan.
Dan Prapto masih di sana.
Masih belajar, masih menulis.
Tapi kini, tidak lagi sendiri.
Download Ceritanya 👉 Disini
John Mayer - Walt Grace’s Submarine Test, January 1967